
Pantau - Operasi besar-besaran melawan peredaran narkoba yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada Selasa, 28 Oktober 2025, menewaskan sedikitnya 60 orang, termasuk empat polisi serta sejumlah tersangka kejahatan.
Operasi tersebut diumumkan langsung oleh Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, yang menyebut bahwa tindakan ini merupakan respons terhadap perluasan wilayah oleh geng kriminal Comando Vermelho (Komando Merah).
Sebanyak 2.500 personel kepolisian dikerahkan dalam operasi ini, yang difokuskan di kompleks Alemao dan da Penha, kawasan padat penduduk di wilayah utara kota.
Polisi Diserang Drone dan Granat, Puluhan Orang Ditangkap
Aparat keamanan menghadapi perlawanan sengit dari geng bersenjata.
Penyerangan dilakukan menggunakan tembakan langsung hingga granat yang diluncurkan dari drone.
Polisi mencatat telah menangkap sedikitnya 81 orang dan menyita 42 senapan selama operasi berlangsung.
Sebanyak 32 kendaraan lapis baja dikerahkan untuk menerobos area yang dikuasai geng sejak dini hari.
Gubernur Claudio Castro mengungkapkan bahwa polisi juga menyita "sejumlah besar narkoba" dalam penggerebekan tersebut.
"Meski diserang, aparat tetap bertahan melawan kejahatan. Sebesar inilah tantangan yang kita hadapi," ujarnya.
Castro menegaskan bahwa ini bukan lagi kasus kriminal biasa, tetapi bentuk dari "narko-terorisme".
Ia juga membagikan video di platform X yang menunjukkan drone melepaskan proyektil ke arah polisi.
"Begitulah para kriminal menyambut polisi Rio de Janeiro: dengan bom dari drone," ia menyampaikan.
Dampak Besar bagi Warga, Pemerintah Tetap Lanjutkan Operasi
Selama operasi berlangsung, warga diminta untuk tetap berada di rumah demi alasan keamanan.
Parlemen Rio de Janeiro melaporkan bahwa lebih dari 200.000 warga terdampak, mulai dari penutupan sekolah, pengalihan rute bus, hingga penangguhan layanan kesehatan.
Castro menyatakan bahwa operasi ini bahkan lebih besar dibanding operasi pada tahun 2010, saat polisi dan militer merebut kembali wilayah yang sama dan menewaskan sekitar 30 orang.
Meski demikian, operasi ini tetap menuai perdebatan di tingkat nasional.
Presiden Brasil, Luis Inacio Lula, menolak usulan dari komunitas intelijen Amerika Serikat pada Mei lalu untuk mengategorikan Comando Vermelho sebagai organisasi teroris.
Pemerintah Brasil menilai bahwa kelompok tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai organisasi teroris menurut hukum nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf










