
Pantau - Kabupaten Lamandau di Kalimantan Tengah menyimpan kekayaan alam dan budaya yang belum banyak terjamah, mulai dari pegunungan, riam, bukit sakral, hingga rumah betang bersejarah, menjadikannya destinasi wisata potensial yang bertetangga langsung dengan kawasan Pegunungan Muller Schwaner, yang dikenal sebagai Jantung Borneo.
Pesona Alam Lamandau yang Masih Alami
Akses menuju Lamandau dapat dilakukan melalui Bandara Iskandar di Pangkalan Bun, dilanjutkan perjalanan darat sekitar tiga jam ke Nanga Bulik, ibu kota kabupaten.
Salah satu lokasi alam yang mencuri perhatian adalah Riam Bahu Burung di Kecamatan Bulik Timur yang berbentuk menyerupai bahu burung jika dilihat dari perbukitan.
Riam ini dapat dijangkau dengan perjalanan darat dan sungai, dengan waktu tempuh sekitar lima jam menggunakan sepeda motor atau tiga jam menggunakan perahu getek.
Warga setempat menyebut terdapat mata air tersembunyi di puncak bukit desa yang masih jarang dikunjungi karena akses menuju lokasi belum terkelola dengan baik.
Bukit Sebayan menjadi salah satu lokasi sakral bagi masyarakat Dayak Tomun penganut agama Kaharingan, yang mempercayainya sebagai tempat surga.
Bukit ini masih menyimpan hutan perawan yang eksotik dan menjadi habitat bunga Sebayan, serta menawarkan tantangan tersendiri bagi para petualang.
Perjalanan menuju bukit memakan waktu sekitar 3,5 jam dari Nanga Bulik dan disarankan menggunakan jasa pemandu lokal karena adanya pantangan budaya di sepanjang jalur pendakian.
Air Terjun Palikodan juga menjadi daya tarik tersendiri karena memiliki empat tingkatan yang dikelilingi hutan lebat, menghadirkan suasana alam yang masih alami.
Sementara itu, Air Terjun Tambai dan Rohap bisa diakses dengan berjalan kaki melewati ladang-ladang warga, memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal.
Jika berangkat pagi hari, wisatawan bisa menyapa para petani yang sedang bekerja di ladang sebelum mencapai air terjun.
Warisan Budaya dan Identitas Lokal
Kecamatan Delang menjadi pusat pelestarian rumah betang, yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya, meliputi Betang Ojung Batu, Rumbang Pirak, dan Bintang Timur.
Ojung Batu memiliki bentuk yang lebih modern dan dulunya dimiliki oleh keluarga Dayak yang memiliki puluhan hingga ratusan tajau, atau tempayan khas Kalimantan.
Rumbang Pirak yang terletak di tepi sungai masih mempertahankan struktur aslinya dengan tiang penyangga dari kayu ulin asli, mencerminkan arsitektur tradisional yang lestari.
Festival Babukung menjadi simbol pelestarian budaya Dayak Tomun yang digelar setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, biasanya pada bulan Juli.
Bukung berarti topeng, yang dalam tradisi Babukung dipakai dalam tarian untuk menghibur keluarga yang berduka atas kematian anggota keluarga penganut Kaharingan.
Kini, Festival Babukung berkembang menjadi ajang budaya tahunan yang menampilkan tarian topeng oleh berbagai kelompok desa, sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya.
- Penulis :
- Aditya Yohan







