Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Bullying Masih Jadi Isu Serius, Pengamat Dorong Strategi Tiga Pilar Libatkan Seluruh Komponen Sekolah

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Bullying Masih Jadi Isu Serius, Pengamat Dorong Strategi Tiga Pilar Libatkan Seluruh Komponen Sekolah
Foto: (Sumber: Pengamat sosial Serian Wijatno di Jakarta pada Jumat (14/11/2025) mengatakan fenomena bullying atau perundungan di sekolah maupun di masyarakat masih menjadi isu krusial yang menuntut perhatian serius dan tindakan kolektif. ANTARA/HO-Serian Wijatno.)

Pantau - Pengamat sosial Serian Wijatno menegaskan bahwa praktik perundungan atau bullying di sekolah dan lingkungan masyarakat masih menjadi persoalan mendesak yang memerlukan perhatian serius dan aksi kolektif.

Dampak Psikologis dan Kebutuhan Pendekatan Terstruktur

Serian menyebutkan bahwa bullying dapat menyebabkan dampak psikologis berat bagi korban, seperti rendah diri, pemurungan, hingga berujung pada tindakan bunuh diri.

Menurutnya, pendekatan yang sporadis tidak cukup efektif dalam menangani masalah ini, sehingga dibutuhkan strategi yang komprehensif, terstruktur, dan berkelanjutan.

Strategi penanggulangan bullying harus melibatkan seluruh elemen dalam ekosistem pendidikan, yakni siswa, guru, orang tua, serta manajemen sekolah.

Ia mengusulkan strategi penanganan melalui tiga pilar utama, yaitu pencegahan, intervensi, dan pembangunan budaya.

Strategi Pencegahan dan Penanganan Kasus

Pencegahan merupakan lini pertama yang harus dibangun dengan program penguatan keterampilan sosial dan emosional positif bagi siswa.

"Workshop wajib harus rutin diadakan untuk semua siswa, membahas definisi bullying, jenis-jenisnya, dampak psikologisnya, serta pentingnya peran saksi aktif," ungkapnya.

Selain itu, setiap sekolah perlu memiliki kode etik yang tegas terkait bullying, lengkap dengan sanksi yang konsisten dan disosialisasikan kepada seluruh pihak.

Pengawasan harus diperketat di area-area yang rawan terjadinya bullying, seperti toilet, kantin, dan sudut-sudut sepi di lingkungan sekolah.

Ia juga menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dan pihak sekolah sebagai pengamat sekaligus pendengar dalam mencegah terjadinya bullying.

Pilar kedua adalah intervensi, di mana semua pihak harus bersikap responsif dan adil dalam menangani setiap laporan bullying.

Sekolah disarankan menyediakan saluran pelaporan anonim, seperti kotak saran, aplikasi pelaporan, atau nomor kontak khusus, agar korban dan saksi merasa aman untuk melapor.

"Kerahasiaan pelapor adalah kunci utama agar pelaporan bisa terjadi tanpa rasa takut," ia mengungkapkan.

Layanan konseling terpadu harus tersedia, tidak hanya untuk korban guna pemulihan trauma, tetapi juga bagi pelaku untuk rehabilitasi dan identifikasi penyebab perilaku.

Budaya Anti-Bullying sebagai Nilai Inti

Pilar ketiga adalah pembangunan budaya anti-bullying sebagai nilai utama yang ditanamkan secara konsisten di sekolah dan masyarakat.

Kegiatan sosialisasi tentang bahaya bullying serta promosi nilai-nilai persahabatan dan kebersamaan harus dilakukan secara berkala untuk menciptakan iklim sosial yang inklusif dan sehat.

Penulis :
Ahmad Yusuf