Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Standar Tenaga Kesehatan Dinilai Belum Global, DPR Minta Pemerintah Segera Harmonisasi Pendidikan

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Standar Tenaga Kesehatan Dinilai Belum Global, DPR Minta Pemerintah Segera Harmonisasi Pendidikan
Foto: Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani (sumber: DPR RI)

Pantau - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani mendorong pemerintah untuk segera meningkatkan standar tenaga kesehatan Indonesia agar setara dengan standar global, seiring pesatnya pembangunan rumah sakit (RS) berstandar internasional di dalam negeri.

Netty menyoroti adanya paradoks besar dalam pembangunan fasilitas kesehatan tersebut, karena di satu sisi rumah sakit dibangun dengan standar internasional, namun di sisi lain kualitas tenaga kesehatan dalam negeri belum diakui secara global.

"Kalau kita membangun RS internasional tetapi tenaga kesehatannya belum memenuhi standar internasional, siapa yang akan bekerja di sana? Jangan sampai fasilitas megah itu justru menjadi panggung bagi dokter asing," ungkapnya.

Standar Pendidikan Tenaga Kesehatan Dinilai Belum Seragam

Netty menjelaskan bahwa akar persoalan terletak pada sistem pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia yang belum memiliki standar seragam di seluruh wilayah.

Ia menyebut bahwa kurikulum, jam praktik klinis, model asesmen, dan standar kompetensi yang digunakan oleh institusi pendidikan kesehatan masih beragam, sehingga sulit memenuhi kualifikasi internasional.

"Kita tidak bisa bicara internasional kalau di dalam negeri saja standar pendidikan masih berbeda antarkampus, antarkota, bahkan antarprovinsi," tegasnya.

Netty meminta agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Diktiristek), Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), serta seluruh kolegium kesehatan segera menyusun roadmap nasional menuju rekognisi global.

Menurutnya, harmonisasi standar pendidikan tenaga kesehatan harus dimulai sekarang, tanpa menunggu adanya momentum tertentu.

"Kalau kualitas tidak dikejar sekarang, kita akan menjadi penonton di negeri sendiri. Kita punya potensi besar, tapi kalau tidak disejajarkan dengan standar dunia, tenaga kita tidak akan dianggap," ujarnya.

Semua Tenaga Kesehatan Harus Ditingkatkan, Bukan Hanya Dokter

Netty menegaskan bahwa upaya peningkatan kualitas tidak boleh terbatas hanya pada profesi dokter.

Ia menyebut bahwa rekognisi internasional harus mencakup seluruh profesi tenaga kesehatan seperti perawat, bidan, tenaga laboratorium, radiografer, dan fisioterapis.

"Harus menyeluruh, bukan parsial. Kalau hanya dokter yang ditingkatkan, tetapi perawat atau analis laboratoriumnya tidak, kualitas pelayanan tetap tidak akan setara dengan rumah sakit di luar negeri," ia mengungkapkan.

Netty mengingatkan pentingnya strategi jangka panjang agar tenaga kesehatan Indonesia tidak tersingkir di tengah persaingan global di negeri sendiri.

Strategi tersebut, katanya, meliputi harmonisasi standar pendidikan, peningkatan kualitas Uji Kompetensi (UKOM), pemerataan fasilitas pendidikan kesehatan, serta penguatan rumah sakit pendidikan sebagai pusat pelatihan tenaga medis.

"Ini bukan hanya soal bangunan RS yang megah. Ini soal memastikan rakyat Indonesia mendapatkan pelayanan terbaik oleh tenaga kesehatan bangsa sendiri," pungkasnya.

Penulis :
Leon Weldrick