
Pantau - Gelombang penutupan industri dalam negeri terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir mulai dari tekstil hingga elektronik dan berdampak bukan hanya pada sektor hilir tetapi juga industri hulu seperti petrokimia.
Sorotan DPR terhadap Dampak Penurunan Industri Hilir
Kondisi tersebut menjadi perhatian Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring saat kunjungan kerja ke PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon Banten.
Ia menanyakan, "Ada nggak pengaruhnya serapan daripada pengguna produk dari Lotte Chemical ini dengan terjadinya masalah-masalah tersebut? Bahkan tahun lalu PHK itu hampir dua juta lebih (orang) dengan menurunnya itu (produksi dalam negeri), ada nggak terindikasi gitu penurunan permintaan produk daripada chemical ini?".
Perwakilan PT LCI Jojok Hardijanto tidak secara langsung menjelaskan dampak penutupan industri hilir terhadap serapan produk namun memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi industri petrokimia.
Ia menyebut salah satu tantangan utama adalah bea masuk terhadap LPG sebagai bahan baku yang membuat produk dalam negeri kurang kompetitif.
Ia juga menyoroti derasnya barang impor murah termasuk praktik dumping yang membuat persaingan tidak seimbang antara produk lokal dan luar negeri.
Ia menegaskan, "Inilah kami butuh kehadiran dari pemerintah untuk bisa mendukung industri dalam negeri supaya tidak pelan-pelan mati. Dulu sempat keramik hancur, habis itu ada tekstil, ada elektronik nah ini akan berantai terus kalau tidak ada peran dari pemerintah".
Ia menambahkan bahwa industri tidak meminta perlakuan khusus tetapi membutuhkan kebijakan yang adil.
Ia menyampaikan, "Mohon support terutama import barrier biar kami mandiri di negeri sendiri. Kami tidak butuh special treatment tetapi paling nggak kita bisnis dengan fair".
Tindak Lanjut Komisi VII dan Ancaman Banjir Impor
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty menyampaikan bahwa seluruh masukan dari kunjungan akan dibawa ke pembahasan formal di Komisi VII.
Ia menjelaskan bahwa Komisi VII memiliki Panja Daya Saing Industri yang berfokus pada peningkatan daya saing nasional dan dapat memanggil lintas kementerian dan lembaga.
Ia menuturkan, "Ya tentunya kita akan rapat di komisi ya dengan industri terkait. Karena ini juga ada kaitannya dengan perdagangan ya. Ini benar-benar lintas sektoral. Ini karena sifatnya Panja Daya Saing, jadi kita bisa memanggil nanti lintas K/L yang terkait".
Berbagai faktor eksternal memberi tekanan besar terhadap industri nasional termasuk banjir impor pakaian jadi dan kain yang membuat lebih dari 60 perusahaan tekstil kolaps dalam dua tahun.
Oversupply baja dari China akibat tarif tinggi di Amerika Serikat juga meningkatkan risiko dumping ke berbagai negara termasuk Indonesia sehingga dapat menekan harga baja domestik.
Jika banjir impor terus berlangsung tanpa pengaturan dampaknya tidak hanya menimpa industri hilir tetapi juga industri hulu seperti petrokimia yang berisiko kehilangan pasar ketika industri hilir melemah atau tutup.
Kondisi ini dinilai mengancam keberlanjutan rantai pasok nasional secara keseluruhan.
- Penulis :
- Aditya Yohan








