Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Sektor Manufaktur Kian Tertekan, Penguatan IKM dan Tata Niaga Bahan Baku Dinilai Jadi Kunci Pemulihan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Sektor Manufaktur Kian Tertekan, Penguatan IKM dan Tata Niaga Bahan Baku Dinilai Jadi Kunci Pemulihan
Foto: (Sumber : Arsip foto - Pekerja menyelesaikan pesanan produk tekstil untuk ekspor di pabrik PT Sari Warna Asli Tekstil (Sari Warna) Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/7/2025). ANTARAFOTO/Maulana Surya/agr..)

Pantau - Sektor manufaktur yang menjadi penopang utama ekonomi nasional dan sektor padat karya terbesar tengah menghadapi tekanan berat akibat berbagai kendala struktural.

Sektor ini dilemahkan oleh fluktuasi harga bahan baku impor akibat gejolak nilai tukar rupiah serta meningkatnya beban operasional seperti logistik dan energi.

Tekanan juga datang dari banyaknya produk ilegal berharga predatory yang menggerus daya saing industri domestik.

Kondisi tersebut diperburuk oleh kesulitan mendapatkan modal usaha serta banyaknya regulasi tumpang tindih dan ketidakpastian proses perizinan.

Indonesia memiliki 175 Zona Manufaktur menurut laporan Ditjen KPAII kepada DPR RI namun optimalisasi kawasan industri terhambat minimnya infrastruktur pendukung di luar kawasan tersebut.

Permasalahan kompetitivitas nasional dinilai telah mencapai titik kritis dan kembali mengemuka di legislatif setelah berbagai asosiasi industri menyampaikan masukan.

Strategi yang dianggap paling realistis adalah mengubah fokus pembangunan dari penciptaan ekosistem baru menuju penguatan serta perlindungan lingkungan usaha yang telah ada.

Penguatan dilakukan melalui peningkatan pertahanan digital pasar penjaminan modal kerja yang berpihak pada Industri Kecil Menengah serta penataan ulang tata niaga bahan baku domestik.

Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah pragmatis dan berbiaya hemat maka harapan memperkuat sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja besar dapat menjadi ilusi di tengah ancaman defisit perdagangan berkepanjangan.

Kebijakan tambal sulam dianggap tidak diperlukan karena hanya memindahkan beban antarinstitusi tanpa menyelesaikan akar persoalan yang dirasakan IKM yaitu tingginya biaya operasional dan lemahnya perlindungan pasar.

Pendekatan efektif harus konstruktif mengejar solusi cepat dan memberikan dampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui industri berbasis tenaga kerja.

Ide besar seperti pembentukan dana abadi negara atau proyek infrastruktur masif dinilai memiliki kendala anggaran besar dan belum pasti berdampak pada daya beli masyarakat.

Solusi yang diperlukan adalah langkah konstruktif berbiaya rendah dan realistis dengan fokus pada tiga pilar utama yaitu peningkatan pertahanan digital pasar penjaminan modal kerja pro IKM dan penataan ulang tata niaga bahan baku domestik.

Tiga pilar tersebut dipandang sebagai fondasi paling kuat untuk mempertahankan daya saing industri dan menggerakkan ekonomi nasional.

Penulis :
Ahmad Yusuf