
Pantau - Institut Leimena memberikan pelatihan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) kepada 40 guru beragama Islam dan Kristen di Maluku dalam upaya memperkuat peran pendidik sebagai juru damai di wilayah yang pernah dilanda konflik sosial.
Penguatan Peran Guru dalam Rekonsiliasi Maluku
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menyatakan "Program ini adalah upaya membekali para pendidik dengan kompetensi sebagai juru damai di wilayah Maluku yang pernah dilanda konflik sosial," ungkapnya.
Program LKLB untuk Perdamaian merupakan kerja sama antara Institut Leimena, Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen (YPPK) Dr. JB. Sitanala, dan Sasakawa Peace Foundation dengan dukungan Yayasan Sombar Negeri Maluku dan Gereja Protestan Maluku.
Guru disebut memiliki peran penting dalam proses rekonsiliasi untuk menanamkan sikap toleransi dan mendorong kerja sama antar kelompok agama.
Program kali ini menghadirkan pendekatan baru pendidikan perdamaian menggunakan musik sebagai pedagogi, seiring penetapan Ambon sebagai City of Music oleh UNESCO.
Matius Ho menjelaskan "Orang Ambon suka menyanyi, dan musik merupakan bagian yang sangat dekat dengan hati mereka, karena itu kami melihat musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana membangun kebanggaan dan solidaritas lintas iman. Musik juga akan menjadi alat baru bagi para guru untuk mengajar murid tentang keberagaman," ia menegaskan.
Program Berkelanjutan Sejak 2021 dan Diikuti Ribuan Guru
Program LKLB untuk Perdamaian merupakan pengembangan dari program LKLB yang telah berjalan sejak 2021 dengan lebih dari 40 mitra lembaga pendidikan dan keagamaan.
Secara keseluruhan, program tersebut telah diikuti lebih dari 10.700 guru dari 38 provinsi di Indonesia.
Di Maluku, program ini sudah dimulai sejak 2024 dan telah melatih 120 guru dari tingkat SD hingga madrasah di Ambon.
Program mencakup sesi bersama tokoh agama, akademisi, dan pemimpin masyarakat untuk membimbing guru memperkuat kompetensi pribadi LKLB terkait pemahaman agama orang yang berbeda.
Guru juga mengikuti dialog lintas agama di Masjid Raya Al-Fatah dan Jemaat GPM Bethel Klasis Kota Ambon untuk membangun empati dan pengetahuan komparatif mengenai tradisi keagamaan lain.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







