
Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan urgensi ekoteologi sebagai landasan moral untuk mencegah dan mengurangi dampak bencana alam, seraya mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan kini menjadi tantangan terbesar bangsa.
Ekoteologi sebagai Landasan Moral
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa konsep ekoteologi penting dipahami masyarakat karena berkaitan langsung dengan perilaku manusia terhadap alam.
Ia menekankan pesan moral yang disampaikan melalui pendekatan keagamaan, dengan mengutip, “Bahasa agama sangat efektif untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya bersahabat dengan lingkungan. Merusak alam adalah dosa, dan memperbaiki alam adalah amal pahala”, ungkapnya.
Menag menjelaskan bahwa isu ekoteologi semakin relevan di tengah meningkatnya bencana akibat kerusakan lingkungan yang didominasi aktivitas manusia.
Ia mengajak media untuk turut menyuarakan pesan moral tersebut, terutama saat bangsa menghadapi tantangan besar.
Menurutnya, kerja sama antara Kementerian Agama dan media sangat penting dalam membentuk ruang publik yang sehat, penuh empati, dan mampu membahasakan konsep ekoteologi baik dalam bahasa agama maupun bahasa jurnalistik.
Respons Cepat terhadap Bencana dan Penguatan Data Lapangan
Imam Besar Masjid Istiqlal itu menyampaikan bahwa Kemenag bergerak cepat merespons banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ia menuturkan, “Kami sangat prihatin dengan musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatra. Dalam waktu sangat singkat, kami bersama Baznas, Poroz, FOZ, dan pihak lainnya berhasil menghimpun sekitar Rp155 miliar. Ini akan digunakan untuk kebutuhan mendesak para penyintas”, ujarnya.
Penggalangan bantuan, kata Menag, akan terus dilanjutkan tidak hanya untuk pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan psikologis masyarakat.
Ia kembali menegaskan, “Kita ingin tidak hanya memulihkan materi, tetapi juga semangat dan masa depan para korban”, ungkapnya.
Menag juga menerangkan bahwa pihaknya dapat memperoleh data lapangan secara cepat karena memiliki jaringan aparatur hingga tingkat Kantor Urusan Agama.
Ia menambahkan, “Satu keuntungan kita, laporan dari KUA itu detik itu juga sampai ke pusat. Data yang masuk insya Allah valid, karena melalui jejaring KUA, majelis taklim, imam masjid, hingga unit-unit lintas agama di daerah”, jelasnya.
Kementerian Agama saat ini sedang memetakan kondisi madrasah dan lembaga pendidikan keagamaan yang terdampak, guna menentukan kebijakan khusus sesuai tingkat kerusakan.
Menag memastikan, “Yang sangat parah akan mendapat perlakuan khusus. Kita tidak ingin menambah beban mereka. Sudah tertimpa musibah, jangan ditambah masalah baru”, ungkapnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan







