
Pantau - Dua tragedi yang terjadi dalam dua bulan terakhir di Jakarta menimbulkan luka psikologis mendalam bagi ratusan hingga ribuan siswa, sekaligus memunculkan kekhawatiran bahwa sekolah tidak lagi sepenuhnya menjadi zona aman bagi peserta didik.
Sekolah yang idealnya menjadi tempat tenang untuk belajar justru berubah menjadi sumber ketakutan akibat peristiwa tragis yang menimpa lingkungan pendidikan.
Peristiwa pertama menimpa siswa SDN Kalibaru 01 yang tertabrak mobil saat mengikuti kegiatan literasi pagi di area sekolah.
Peristiwa kedua terjadi di SMAN 72 ketika seorang siswa menjadi korban ledakan bom saat melaksanakan Shalat Jumat.
Dua kejadian tersebut menghancurkan rasa aman tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara psikologis bagi para siswa.
Luka Psikis dan Dampak Trauma Berkepanjangan
Dalam konsep pendidikan ideal, sekolah seharusnya menjadi rumah kedua yang aman untuk bermain, belajar, dan mengembangkan potensi diri.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa sekolah justru berubah menjadi ruang yang memicu ketakutan dan kecemasan bagi sebagian siswa.
Trauma yang dialami para siswa tidak selalu tampak secara kasat mata seperti luka fisik.
Siswa yang selamat secara fisik belum tentu pulih secara psikologis dari pengalaman traumatis yang dialami.
Ingatan traumatis berupa suara ledakan, laju kendaraan, dan kepanikan kerap muncul kembali secara berulang di dalam pikiran siswa.
Trauma pada siswa SDN Kalibaru 01 bersumber dari ancaman eksternal yang datang secara tiba-tiba dan tidak terduga.
Gejala trauma yang muncul antara lain ketakutan berlebihan terhadap suara kendaraan, penolakan untuk pergi ke sekolah, serta tangisan spontan tanpa sebab yang jelas.
Kondisi tersebut membuat siswa kehilangan kepercayaan bahwa dunia luar merupakan tempat yang aman dan dapat diprediksi.
Trauma siswa SMAN 72 dinilai memiliki dimensi yang lebih kompleks karena melibatkan runtuhnya kepercayaan interpersonal.
Pelaku ledakan diketahui merupakan bagian dari komunitas sekolah itu sendiri.
Pengalaman tersebut memunculkan ketakutan terhadap orang-orang di sekitar yang sebelumnya dianggap aman dan dapat dipercaya.
Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai trauma akibat pengkhianatan kepercayaan.
Trauma jenis ini dinilai merusak ikatan sosial yang penting bagi perkembangan psikososial remaja.
Alternatif Penanganan Trauma Psikologis
Luka psikis akibat trauma tidak dapat pulih dengan sendirinya tanpa penanganan yang tepat.
Dalam praktik konseling konvensional, siswa kerap diminta untuk menceritakan kembali perasaan dan pengalaman traumatis yang dialami.
Pendekatan tersebut tidak selalu efektif karena ekspresi verbal sering kali tidak mampu mewakili kompleksitas trauma.
Upaya mengulang cerita traumatis justru dapat memicu ingatan menyakitkan dan reaksi fisik seperti sesak napas dan jantung berdebar.
Kondisi tersebut membuat sebagian siswa memilih untuk diam dan menutup diri.
Hipnoterapi disebut sebagai salah satu pendekatan alternatif dalam penanganan trauma psikologis.
Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa trauma tidak sepenuhnya tersimpan di kesadaran kognitif, melainkan banyak berada di pikiran bawah sadar.
Hipnoterapi bertujuan mengakses pikiran bawah sadar tanpa harus mengulang detail kejadian traumatis secara verbal.
Keunggulan metode ini dinilai dari efisiensi waktu karena perubahan bermakna dapat terjadi dalam beberapa sesi.
Efisiensi tersebut penting agar anak dan remaja tidak mengalami gangguan perkembangan akademik dan sosial yang berkepanjangan.
Hipnoterapi juga dinilai dapat meminimalkan risiko trauma berulang akibat menceritakan ulang pengalaman traumatis.
Pendekatan ini memungkinkan pemrosesan ulang memori tanpa intensitas emosional yang sama.
Selain itu, hipnoterapi disebut efektif dalam menangani gejala fisik akibat trauma seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, insomnia, dan jantung berdebar.
Metode ini bekerja dengan memodulasi koneksi psikosomatik antara pikiran dan tubuh.
Hipnoterapi juga bertujuan membantu siswa membangun rasa aman dari dalam diri.
Melalui pendekatan ini, siswa dapat menciptakan ruang aman di dalam pikiran yang dapat diakses saat rasa cemas muncul.
Pendekatan tersebut harus dilakukan oleh hipnoterapis profesional yang tersertifikasi dan diakui negara.
Pemulihan trauma psikologis dinilai menjadi kunci agar sekolah dapat kembali berfungsi sebagai rumah kedua yang aman bagi anak-anak.
Tanpa pemulihan yang tepat, rasa aman dan kepercayaan siswa terhadap lingkungan sekolah dikhawatirkan sulit untuk dipulihkan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








