Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Risiko Demensia Bisa Dimulai Sejak Dalam Kandungan, Studi Ungkap Faktor-Faktor Seumur Hidup yang Perlu Diwaspadai

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Risiko Demensia Bisa Dimulai Sejak Dalam Kandungan, Studi Ungkap Faktor-Faktor Seumur Hidup yang Perlu Diwaspadai
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Demensia. ANTARA/HO-Pixabay/am.)

Pantau - Risiko demensia ternyata bisa dipengaruhi sejak sebelum kelahiran, menurut temuan dua studi besar yang dilakukan antara tahun 2023 dan 2024 oleh tim peneliti dari Swedia, Republik Ceko, dan Irlandia.

Faktor Risiko Sejak Dalam Kandungan hingga Masa Muda

Studi tahun 2023 menemukan bahwa beberapa faktor kelahiran memiliki kaitan dengan peningkatan risiko demensia di masa depan.

Faktor tersebut meliputi berbagi rahim dengan kembar, jarak kelahiran yang pendek, serta kehamilan pada ibu berusia di atas 35 tahun.

Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa risiko demensia dapat dimulai bahkan sebelum seseorang lahir, dan dapat berkembang seiring bertambahnya usia dari masa kanak-kanak hingga dewasa muda.

Pada akhir 2024, studi lanjutan yang dipimpin oleh Global Brain Health Institute (GBHI) di Irlandia memperkuat temuan tersebut dengan menyoroti pentingnya masa dewasa muda (usia 18–39 tahun) dalam pencegahan demensia.

Studi ini melibatkan para ahli dari 15 negara dan bertujuan mengembangkan rencana seumur hidup untuk meningkatkan kesehatan otak.

"Masa dewasa muda merupakan periode penting untuk intervensi yang dapat secara signifikan mengurangi risiko demensia di kemudian hari. Untuk memastikan hasil kesehatan otak yang lebih baik, kaum muda harus dilibatkan sebagai mitra kunci dalam upaya penelitian, pendidikan, dan pembuatan kebijakan," ujar Francesca Farina, ahli saraf di GBHI.

Para peneliti mengidentifikasi sejumlah faktor risiko pada usia muda, seperti konsumsi alkohol berlebihan, merokok, kurang aktivitas fisik, serta isolasi sosial.

Faktor lingkungan juga memainkan peran, termasuk paparan polusi, cedera otak traumatis, gangguan pendengaran atau penglihatan, serta tingkat pendidikan yang rendah.

Selain itu, kondisi kesehatan akibat gaya hidup seperti obesitas, diabetes, hipertensi, kolesterol LDL tinggi, dan depresi juga turut meningkatkan risiko.

Demensia Bukan Hanya Masalah Usia Lanjut

Selama ini, penelitian tentang demensia lebih banyak berfokus pada lansia dan penurunan kognitif di usia tua.

Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa perbedaan struktur dan fungsi otak yang terkait dengan demensia bisa dilacak sejak masa kanak-kanak.

Dalam studi jangka panjang, kemampuan kognitif seseorang dipantau sepanjang hidupnya.

Salah satu hasil penting adalah bahwa kemampuan kognitif di usia 11 tahun merupakan indikator kuat untuk kondisi kognitif pada usia 70 tahun.

"Artinya, orang dewasa yang lebih tua dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah sering kali memiliki kemampuan yang lebih rendah ini sejak masa kanak-kanak, dan perbedaan tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh penurunan yang lebih cepat di usia lanjut," kata tim peneliti.

Para ahli menyarankan agar pencegahan demensia dipandang sebagai upaya jangka panjang yang dimulai sejak dini, bukan hanya fokus di masa tua.

Beberapa faktor risiko yang telah dikenal luas, seperti konsumsi alkohol, merokok, dan cedera otak, tetap menjadi perhatian utama.

Pencegahan yang efektif dapat dilakukan melalui kampanye kesehatan masyarakat, edukasi di sekolah, serta regulasi berupa pajak terhadap zat-zat berisiko seperti alkohol dan rokok.

Tim peneliti juga menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko baru, termasuk makanan ultra-olahan, penggunaan narkoba, durasi screen time, stres, dan paparan mikroplastik.

"Mungkinkah akar penyebab demensia bermula sejak masa kanak-kanak atau bayi? Bukti yang semakin banyak menunjukkan ya, dan paparan faktor risiko pada dekade pertama kehidupan (atau bahkan saat masih dalam kandungan) dapat memiliki implikasi seumur hidup terhadap risiko demensia," jelas tim tersebut dalam artikel di The Conversation.

Penulis :
Ahmad Yusuf