Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menjelang 2 Abad NU, Rais Aam dan Ketum PBNU Capai Islah: Komitmen Bersama Jaga Keutuhan Jam’iyah di Era Digital

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Menjelang 2 Abad NU, Rais Aam dan Ketum PBNU Capai Islah: Komitmen Bersama Jaga Keutuhan Jam’iyah di Era Digital
Foto: (Sumber: Rapat yang diinisiasi jajaran Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang juga dihadiri Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf serta jajaran Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/12/2025). ANTARA/HO-Humas PBNU/aa. (Handout Humas PBNU).)

Pantau - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf akhirnya mencapai islah dalam forum konsultasi di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, pada 25 Desember 2025, menjelang peringatan 2 abad Nahdlatul Ulama (NU) yang jatuh pada 31 Januari 2026.

Forum tersebut digagas jajaran Syuriyah PBNU dan dihadiri lengkap oleh jajaran syuriyah, mustasyar, serta tanfidziyah.

Islah ini menjadi titik balik penting setelah dua pucuk pimpinan PBNU berselisih selama dua bulan terakhir sejak November 2025.

Forum Lirboyo Satukan Kembali Dua Pimpinan PBNU

Forum tersebut mempertemukan tokoh-tokoh penting PBNU, termasuk jajaran Mustasyar seperti KH Ma’ruf Amin, KH Anwar Manshur, KH Nurul Huda Djazuli, KH Abdullah Ubab Maimoen, dan KH Machasin.

Dari jajaran Syuriyah hadir KH Miftachul Akhyar, KH Abdullah Kafabihi, KH Mu’adz Thohir, Prof Dr H Mohammad Nuh, dan beberapa tokoh muda seperti Gus Muhib, Gus Yazid, dan Gus Moqsith Ghozali.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan H. Amin Said Husni hadir mewakili jajaran Tanfidziyah.

"Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak menyepakati untuk menyelenggarakan Muktamar Ke-35 Nahdlatul Ulama secara bersama-sama dalam waktu segera," ungkap Gus Yahya.

Akan dibentuk panitia bersama untuk mempersiapkan muktamar, dan struktur PBNU akan ditentukan dalam rapat pleno PBNU mendatang.

Permintaan maaf dari Ketua Umum PBNU atas insiden pengundangan Peter Berkowitz dalam acara AKN NU disambut dengan maaf terbuka oleh Rais Aam dan Wakil Rais Aam, yang menunjukkan kebesaran jiwa demi keutuhan jam’iyah.

Katib Aam PBNU Prof Dr KH Mohammad Nuh menyatakan, "Semangat yang dibangun adalah kebersamaan dan menjaga keutuhan organisasi."

Tantangan Abad Kedua NU: Literasi Digital dan Bahaya Ideologi di Ruang Siber

Islah ini menjadi pelajaran penting bagi NU dalam menyambut abad keduanya.

Perselisihan dua bulan terakhir disebut sebagai salah satu dinamika internal terburuk NU, terutama karena terjadi di era digital dan terbuka di media sosial.

Fenomena cacian di media sosial yang menampar marwah NU menjadi cerminan lemahnya literasi digital di kalangan warga nahdliyin.

Penulis artikel menyoroti bahwa banyak pengamat amatir di WhatsApp dan podcast menelanjangi organisasi tanpa etika dan tabayun, hanya demi viral dan cuan.

Kritik terhadap kebijakan kerap berubah menjadi serangan pribadi akibat perbedaan pemahaman literasi digital.

"Kalau era digital itu jangan hanya ngopi di kampung, tapi ngopi-nya harus jauh," sindir seorang teman, mengingatkan agar warga NU tidak terjebak dalam polusi informasi digital.

Jebakan Digital dan Tantangan Ideologis

Literasi digital tidak hanya penting untuk menjaga marwah NU, tetapi juga sebagai tameng dari jebakan ideologi digital yang bisa menjerumuskan pada radikalisme.

BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) saat ini aktif melakukan program deradikalisasi bersama para mantan napiter dengan pendekatan Islam moderat (wasathiyah), salah satunya melalui kegiatan dialog bersama Gus Baha di Rembang pada 22 Desember 2025.

Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono menyebut Indonesia sebagai satu-satunya negara yang secara formal mendefinisikan terorisme dalam undang-undang.

Gus Baha menegaskan bahwa dialog adalah metode dakwah utama para nabi, bukan kekerasan, dan bahwa Islam mengajarkan untuk menjaga hubungan dengan non-Muslim selama tidak memerangi Islam.

NU, sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, memiliki tanggung jawab besar untuk menghadapi tantangan abad kedua, dengan mengedepankan dakwah digital yang cerdas, menjaga marwah organisasi dari polusi informasi, dan waspada terhadap penunggangan politik dari ormas-ormas bubaran di ruang digital.

Penulis :
Gerry Eka