
Pantau-Suhu di Jakarta terus meningkat, dan kondisi panas ini semakin dirasakan warga dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum di Jakarta pada siang hari bisa mencapai 37°C, dengan tingkat kelembapan yang tinggi, sehingga membuat kondisi terasa lebih panas dan tidak nyaman.
Penyebab Peningkatan Suhu di Jakarta
Perubahan Iklim Global
Seperti dilansir berbagai sumber, Kamis (31/10/2024), peningkatan suhu di Jakarta sejalan dengan tren perubahan iklim global, yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, batu bara) yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Gas-gas ini, seperti karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄), memerangkap panas di atmosfer dan menyebabkan suhu global terus meningkat. Dampaknya sangat terasa di kota-kota besar seperti Jakarta.
Fenomena El Niño
El Nino, fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, yang mempengaruhi pola cuaca global, juga memperparah kondisi cuaca panas di Indonesia. Saat El Nino berlangsung, wilayah Indonesia cenderung mengalami musim kemarau yang lebih panjang dan kering, meningkatkan suhu rata-rata harian di kota-kota besar seperti Jakarta. Fenomena El Nino tahun ini disebut lebih kuat dibanding beberapa tahun sebelumnya, sehingga memperburuk kondisi panas di Jakarta.
Urban Heat Island (UHI)
Fenomena Urban Heat Island (UHI) atau pulau panas perkotaan membuat Jakarta lebih panas dibandingkan wilayah pedesaan atau kawasan hijau. Kota besar seperti Jakarta dengan banyaknya bangunan beton, kendaraan, dan aktivitas industri menghasilkan panas yang terperangkap di kota, terutama pada malam hari. Semakin sedikitnya lahan hijau di Jakarta juga memperparah efek UHI.
Membandingkan Suhu Jakarta Saat Ini dengan Tahun-Tahun Sebelumnya
Dibandingkan dengan data BMKG tahun-tahun sebelumnya, suhu di Jakarta memang mengalami peningkatan signifikan. Misalnya, pada tahun 2015 yang juga dipengaruhi El Niño, suhu maksimum Jakarta mencapai sekitar 36°C. Namun, kondisi tahun ini dengan suhu mencapai 37°C menunjukkan bahwa peningkatan suhu terus terjadi, bahkan melebihi suhu saat El Niño beberapa tahun lalu.
Potensi Kembali ke Suhu Normal
Pertanyaan apakah Jakarta akan kembali ke suhu yang lebih sejuk di masa depan masih sulit dijawab dengan pasti. Jika fenomena El Niño berakhir, suhu di Jakarta mungkin akan sedikit lebih sejuk, terutama pada malam hari, namun perubahan iklim global masih akan terus mempengaruhi suhu secara umum. Tanpa adanya langkah signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sulit bagi Jakarta dan wilayah lain untuk kembali ke suhu yang normal seperti beberapa dekade lalu.
Baca juga: BMKG Prediksi Suhu Panas Hingga 36 Celcius Sepekan ke Depan, Simak Lokasinya
Daerah Lain yang Mengalami Peningkatan Suhu
Selain Jakarta, kota-kota besar lain di Indonesia, seperti Surabaya, Bandung, dan Medan, juga mengalami peningkatan suhu. Beberapa daerah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi juga mengalami kondisi serupa akibat dampak El Niño. Di Surabaya, suhu maksimum saat ini bisa mencapai 38°C, sedikit lebih tinggi dari Jakarta.
Kapan Hujan Akan Turun?
BMKG memperkirakan bahwa hujan baru akan turun di Jakarta dan wilayah sekitarnya pada akhir November hingga awal Desember. Curah hujan diharapkan akan meningkat seiring dengan melemahnya pengaruh El Niño. Namun, musim hujan kali ini diperkirakan akan datang lebih lambat dan mungkin dengan intensitas yang lebih rendah, sehingga perubahan suhu mungkin tidak akan terlalu signifikan dalam jangka pendek.
Saat ini, suhu di Jakarta terus meningkat akibat kombinasi dari perubahan iklim global, fenomena El Niño, dan efek pulau panas perkotaan. Meskipun hujan diperkirakan akan mulai turun pada akhir November, perubahan suhu yang signifikan mungkin baru terasa jika ada upaya serius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global.
Untuk sementara waktu, warga Jakarta dan kota-kota besar lainnya perlu bersiap untuk menghadapi suhu panas ini dengan mengatur aktivitas harian dan menjaga kesehatan agar terhindar dari dampak buruk cuaca ekstrem.
- Penulis :
- Wira Kusuma