billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Buntut Kasus Penembakan WNI, Legislator Golkar Desak Adanya Satgas Mafia Perdagangan Orang

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Buntut Kasus Penembakan WNI, Legislator Golkar Desak Adanya Satgas Mafia Perdagangan Orang
Foto: Ilustrasi para pekerja migran Indonesia. (foto: ANTARA)

Pantau - Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Umbu Kabunang, mendesak pemerintah untuk segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Mafia Perdagangan Orang. 

Usulan ini disampaikan dalam rapat Baleg terkait revisi Undang-Undang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Umbu mengecam keras insiden penembakan lima warga negara Indonesia (WNI) oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) di perairan Tanjung Rhu, Selangor.

"Jadi kami mengecam tindakan tersebut dan meminta penjelasan dari pemerintahan Malaysia secara terbuka," tegas Umbu.

Ia juga mendesak pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti kasus tersebut agar hak-hak pekerja migran terlindungi dan martabat bangsa tetap terjaga.

"Kami minta juga pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti hal tersebut agar harga diri bangsa Indonesia ini betul-betul terjaga dan hak-hak para imigran terlindungi," ujarnya.

Baca Juga: Presiden Prabowo Akui Telah Bicarakan Kasus Penembakan WNI dengan PM Malaysia

Umbu mengungkapkan, dalam dua dekade terakhir, sekitar 75 pekerja migran Indonesia meninggal dunia di tempat mereka bekerja.

Ia menilai, hal ini karena adanya keterlibatan aparat Malaysia dalam beberapa kasus tanpa proses peradilan yang jelas.

"Selama 20 tahun ini sudah 75 pekerja migran Indonesia meninggal. Karena diduga adanya pembunuhan oleh aparat tanpa proses peradilan di Malaysia," ungkapnya.

Oleh karena itu, Umbu menilai pentingnya pembentukan Satgas Mafia Perdagangan Orang guna menanggulangi maraknya kasus perdagangan manusia yang mengancam keselamatan pekerja migran Indonesia.

"Saya mengusulkan agar pemerintah membentuk Satgas Mafia Perdagangan Orang karena perkembangan ini sudah sangat mengkhawatirkan," tutupnya.

Penulis :
Aditya Andreas