
Pantau - Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali, menyayangkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi pada momen Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Menurutnya, keputusan tersebut tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi para pekerja, tetapi juga mengganggu suasana kebatinan masyarakat secara keseluruhan.
“Seharusnya PHK ditunda setelah Lebaran. Pengusaha hendaknya juga berhitung aspek sosial psikologis masyarakat, PHK yang tidak memperhitungkan dampak ini sangat mengganggu trust dan suasana kebatinan masyarakat,” kata Rhenald Kasali, dilansir Antara, Senin (3/3/2025).
Baca juga: 10.669 Karyawan Sritex Resmi Di-PHK! Besok Pabrik Tutup Total, Ribuan Nasib Terombang-ambing
Menurutnya, pengusaha sebaiknya menunda PHK hingga setelah Idul Fitri karena periode ini merupakan momen masyarakat mempersiapkan mudik dan perayaan Lebaran. Biasanya, keputusan semacam ini telah dibahas dengan Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) setempat agar pengumuman PHK dapat dilakukan pada waktu yang lebih tepat.
"Disnaker-lah yang harus mengatur timing-nya, dan sebaiknya hak-hak pegawai/buruh seperti THR dan uang PHK sudah dibayarkan,” ujar Rhenald
Rhenald pun menilai penataan daya saing dan ekonomi merupakan akar dari adanya gelombang besar PHK. Seperti yang terjadi pada12 ribu karyawan PT Sritex dan tiga anak usahanya yang kehilangan pekerjaan akibat pailit. Oleh karena itu pemerintah perlu berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mencari solusi bersama.
“Gelombang PHK yang berturut-turut ini mencerminkan adanya masalah dalam penataan daya saing. Misalnya industrial policy, mulai dari bea masuk, beban bunga, perpajakan, ketersediaan (ekosistem bahan baku), keterampilan tenaga kerja, biaya ‘siluman’, dan sebagainya, yang mengakibatkan melemahnya daya saing dan perusahaan harus ditutup,” kata Rhenald.
“Jadi pemerintah harus duduk bareng antarkelembagaan dan atasi bersama,” imbuhnya.
Baca juga: Menaker Sebut Eks Karyawan Sritex Bakal Dipekerjakan Kembali
Lebih lanjut, Rhenald mengatakan pemerintah harus aktif dalam memantau penyerapan tenaga kerja di saat ada perusahaan yang tutup. Karena persoalan ini berkaitan dengan penataan ekonomi yakni bagaimana agar pengusaha tetap kompetitif.
“Memang bukan semua masalah pemerintah, tetapi pemerintah harus terus memantau atau setiap satu perusahaan tutup, maka ada dua tiga perusahaan yang kapasitas/kemampuan menyerap tenaga kerjanya dua kali lipat dari yang ditutup,” jelasnya.
Baca juga: Rhenald Kasali Ingin Sekolah Budayakan Siswa Punya Pola Pikir Berkembang
- Penulis :
- Laury Kaniasti
- Editor :
- Muhammad Rodhi