HOME  ⁄  News

Tantangan Pengembangan dan Pelestarian Seni Ukir Jepara Harus Mampu Dijawab Bersama

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Tantangan Pengembangan dan Pelestarian Seni Ukir Jepara Harus Mampu Dijawab Bersama
Foto: Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. (foto: dok. MPR RI)

Pantau - Seni ukir Jepara yang telah menjadi warisan budaya Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pelestarian dan perkembangannya. Kurangnya regenerasi perajin dan perubahan selera pasar menjadi hambatan utama yang harus segera diatasi.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menyoroti penurunan minat terhadap seni ukir Jepara dibandingkan masa kejayaannya pada era 1980-an. 

"Dulu, furnitur ukir Jepara menjadi simbol status sosial. Bahkan, Istana Negara sempat memiliki Ruang Jepara yang dihiasi dengan furnitur dan ornamen khas ini," ujarnya dalam diskusi daring Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (12/3/2025). 

Namun, menurutnya, saat ini industri tersebut mengalami kemunduran akibat minimnya regenerasi dan berkurangnya pengukir ahli.

“Situasi industri furnitur ukir Jepara kini cukup memprihatinkan, sehingga sejumlah langkah strategis harus segera dilakukan untuk menyelamatkan salah satu warisan budaya bangsa itu,” lanjutnya. 

Baca Juga: MPR Dukung Kemitraan Strategis RI-Vietnam

Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin RI, Reni Yanita menyebut, industri furnitur ukir Jepara masih memiliki daya saing global. Namun, kondisi ekonomi dunia dan konflik geopolitik menyebabkan penurunan ekspor. 

"Kita harus mencari pasar non-tradisional dan mengoptimalkan permintaan pasar lokal agar industri ini tetap bertahan," katanya.

Sementara itu, Direktur Kriya Kemenparekraf, Neli Yana menekankan, seni ukir Jepara bukan sekadar keterampilan, tetapi juga warisan budaya yang harus tetap relevan dengan perkembangan zaman. 

"Seni ukir Jepara harus bisa beradaptasi tanpa kehilangan ciri khasnya. Ide dan kreativitas menjadi kunci utama dalam menghasilkan produk yang diminati pasar," ujarnya.

Ketua Umum Yayasan Peluk Jepara, Hadi Priyanto, menyoroti hilangnya muatan lokal seni ukir dari kurikulum sekolah sebagai faktor yang mempercepat berkurangnya generasi penerus. 

Ia menilai, upaya pelestarian harus dilakukan secara serius dan berkelanjutan melalui sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri.

Baca Juga: MPR RI Kecam Keras Israel Terkait Pelanggaran Gencatan Senjata di Gaza

"Lulusan SMK ukir saat ini banyak yang belum benar-benar bisa mengukir," ungkapnya. 

Ketua Steering Committee Jepara International Furniture and Craft Buyer Weeks (JIFBW) 2025, Muhammad Jamhari, menegaskan bahwa keberlanjutan seni ukir harus sejalan dengan kebutuhan pasar. 

"Selera konsumen terus berubah, tetapi banyak pelaku industri masih bertahan dengan strategi lama. Ini yang harus kita perbarui agar ukiran Jepara tetap diminati," katanya.

Sejak 2010, berbagai pameran telah diselenggarakan untuk memperkenalkan produk ukiran Jepara ke pasar global. Namun, menurut Sutrisno, seorang perajin ukir, menarik minat generasi muda tetap menjadi tantangan besar. 

"Anak-anak muda sekarang kurang tertarik dengan seni ukir. Kita butuh lebih banyak event dan insentif agar mereka mau belajar dan meneruskan tradisi ini," ujarnya.

Penulis :
Aditya Andreas