
Pantau - Bendera Suriah kembali dikibarkan di Gedung Kedutaan Besar Suriah di Washington, D.C., pada Jumat, 19 September 2025, menandai pengibaran resmi pertama dalam lebih dari satu dekade dan menjadi simbol dimulainya kembali hubungan diplomatik antara Suriah dan Amerika Serikat.
Momen Bersejarah Usai Jatuhnya Rezim Assad
Pengibaran bendera dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, dalam sebuah upacara yang dihadiri komunitas Suriah-Amerika dan sejumlah tokoh diaspora.
Upacara ini berlangsung sembilan bulan setelah tumbangnya rezim Bashar al-Assad, yang mengakhiri hampir 25 tahun pemerintahannya dan dominasi Partai Baath sejak 1963.
"Tentu saja ini adalah momen bersejarah," ujar Shaibani, seraya menyebut acara tersebut sebagai representasi perjuangan rakyat Suriah selama 14 tahun perang saudara.
Bendera dikibarkan menjelang kunjungan Presiden Suriah yang baru, Ahmad al-Sharaa, ke New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB.
Kunjungan itu akan menjadi yang pertama oleh seorang presiden Suriah ke Amerika Serikat dalam 58 tahun terakhir.
Sambutan Emosional Diaspora Suriah-Amerika
Warga AS keturunan Suriah, Raghad Bushnaq (55), yang berasal dari Damaskus dan telah menetap di AS sejak 1989, mengaku terharu dengan momen tersebut.
"Saya ingat terakhir kali berada di sini sekitar 15 tahun lalu, duta besar memotret kami dari dalam gedung untuk dilaporkan ke Assad. Saat itu banyak teman saya menutupi wajahnya. Kini kami bisa hadir dengan bahagia. Ini momen bersejarah. Anda bisa mencium aroma kebebasan di Suriah," ungkapnya.
Bushnaq juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Turki dan negara-negara lain yang telah mendukung perjuangan rakyat Suriah selama masa sulit.
Senada dengan itu, Ameer Alsamman, warga Suriah-Amerika dan pendiri podcast Syria Speaks, menyebut pengibaran bendera sebagai pertanda dimulainya era baru.
"Hari ini adalah awal baru. Semoga Damaskus dan Washington bisa membangun hubungan yang jauh lebih baik. Menurut saya, ini pertanda bahwa keadaan bergerak ke arah yang benar," ujarnya.
Ia juga berharap sanksi ekonomi AS terhadap Suriah segera dicabut, dan mengklaim beberapa anggota Kongres serta mantan Presiden Donald Trump telah menyuarakan hal serupa.
"Saya ingin sanksi Suriah dicabut. Banyak anggota Kongres juga berpendapat sama. Presiden Donald Trump sudah menyampaikannya. Saya optimistis," tambahnya.
Pertemuan Diplomatik dan Perjanjian Strategis
Selama kunjungannya, Menlu Shaibani bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi AS, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Christopher Landau dan Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack.
Pemerintah AS menyebut pembahasan mencakup masa depan politik Suriah, hubungan Suriah–Israel, serta implementasi Perjanjian 10 Maret antara Damaskus dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Perjanjian tersebut memuat tiga poin utama: integrasi SDF ke dalam institusi negara, penegasan atas integritas teritorial Suriah, dan penolakan terhadap agenda separatis.
Kunjungan Shaibani juga menjadi lawatan pertama seorang menteri luar negeri Suriah ke Washington dalam lebih dari 25 tahun.
Kunjungan ini merupakan bagian dari strategi diplomasi pemerintahan transisi Suriah di bawah Presiden Ahmad al-Sharaa, yang dilantik pada Januari 2025, untuk mengakhiri isolasi internasional pascaperang saudara dan membuka kembali jalur hubungan luar negeri.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf