
Pantau - China mengecam Amerika Serikat setelah Menteri Luar Negeri Taiwan, Lin Chia-lung, menghadiri sejumlah pertemuan di New York pada pekan Sidang Umum PBB, langkah yang dinilai Beijing sebagai provokasi separatis ‘kemerdekaan Taiwan’.
Kecaman China
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyebut kehadiran Lin sebagai pelanggaran serius terhadap prinsip “Satu China” dan tiga komunike bersama China-AS.
Guo menegaskan, tindakan ini adalah bentuk campur tangan besar dalam urusan internal China dan sinyal keliru bagi kekuatan separatis Taiwan.
Ia memperingatkan Partai Progresif Demokratik (DPP) Taiwan bahwa provokasi semacam ini akan menjadi bumerang.
Kehadiran Menlu Taiwan
Lin Chia-lung hadir dalam resepsi American Global Strategies (AGS) di Manhattan, 22 September.
AGS didirikan oleh mantan pejabat keamanan nasional AS Robert O’Brien dan Alexander Gray.
Lin juga bertemu sejumlah sekutu diplomatik Taiwan di sela UNGA.
Kehadirannya menandai pertama kalinya pejabat Kemenlu Taiwan hadir di pekan UNGA, sejak PBB mengakui China sebagai wakil resmi pada 1971.
Posisi Diplomatik Taiwan
Saat ini hanya 12 negara yang masih menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, termasuk Palau, yang presidennya, Surangel Whipps Jr, hadir dalam resepsi AGS.
Negara-negara lainnya antara lain Guatemala, Paraguay, Haiti, Tuvalu, Eswatini, hingga Vatikan.
Sikap Amerika Serikat
AS tidak mengakui Taiwan secara resmi, namun menjalin hubungan erat tidak resmi dan memberi dukungan pertahanan bagi Taipei.
Pada hari yang sama, Menlu AS, Korea Selatan, dan Jepang juga mengeluarkan pernyataan bersama terkait keprihatinan atas aktivitas destabilisasi di sekitar Taiwan, yang kembali dikecam Beijing.
Penegasan China
Guo Jiakun menekankan:
- Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China.
- Komunitas internasional tetap berkomitmen pada prinsip “Satu China”.
- Tidak ada yang dapat menghentikan upaya reunifikasi penuh oleh Beijing.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf