
Pantau.com - Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mengumumkan turnamen Korea Master 2018 tidak masuk hitungan poin menuju final BWF World Tour yang akan berlangsung di Guangzhou, China.
Peraturan tersebut membuat pelatih Ganda Putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, kecewa dengan keputusan yang dinilai mendadak.
Informasi itu baru saja keluar dari BWF pada 13 November 2018 malam itu dengan menyatakan bahwa untuk Korea Masters Super 300 tidak akan masuk dalam perhitungan poin untuk BWF World Tour. Kabar itu dikeluarkan langsung dari akun twitter resmi PBSI yang menyatakan bahwa turnamen terakhir yang poinnya dihitung untuk Race to Guangzhou adalah Syed Modi International Badminton Championships 2018 Super 300 yang akan berlangsung di India pada 20-25 November 2018.
Seperti diketahui, wakil dari ganda putra Indonesia hanya nama dari Marcus Fernaldo Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, sedangkan nama dari Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan dan ganda yang lainnya belum lolos dalam BWF Tour tersebut.
Herry IP lantas menilai bahwa BWF kurang profesional dengan keputusan yang dikeluarkan secara tiba-tiba tersebut. Karena hal itu dinilai merugikan para pemain yang ingin mengejar tampil ke BWF World Tour.
“Kalau secara tiba-tiba ya BWF menurut saya kurang profesional kerjanya. Harusnya kalau mau dihutung ya mulai dari januari sampai akhir dong, jadi kan kerjanya sepotong-sepotong nggak profesional. ini merugikan setiap negara peserta yang mendaftar ke korea, pasti banyak yang cancel,” ujar Herry IP saat dihubungi, Rabu 14 November 2018 malam.
Mengenai harapannya, Herry mengatakan bahwa untuk bisa lolos ke babak itu para anak asuhnya harus bisa lolos hingga masuk semifinal dan final. Hal itu pun harus bisa mengalahkan pemain peringkat teratas untuk bisa menambah poin.
Mengenai perubahan itupun PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) juga mengajukan protes langsung ke BWF. Hal itu dikarenakan kecewa dengan keputusan mendadak tersebut.
“Kalau mau dihitung sampai babak berapa sih, memang idealnya mereka itu minimal sekali semi atau final. Itu satu, kedua tapi kita harus melihat lawan-lawan yang rangkingnya di atas (Fajar/Rian) nanti finisnya sampai mana?, seumpamanya kalau katakanlah Fajar/Rian masuk semi atau final, tapi musuhnya itu juara ya sama saja (nggak lolos), karena poinnya sudah ketinggalan, gitu hitungannya,” jelasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta