
Pantau.com - Gelaran ajang Asian Games 2018 kurang dari lima bulan lagi. Sebanyak 40 cabang olahraga (cabor) terus melakukan persiapan untuk menampilkan yang terbaik pada pesta olahraga terbesar di Asia tersebut.
Salah satunya adalah cabor yang baru masuk di Indonesia, modern pentathlon. Namun, saat semua cabor sudah fokus untuk mengejar prestasi, modern pentathlon justru masih berkutat dengan permasalahan klasik.
Cabor yang merupakan gabungan dari lima disiplin (lari, renang, anggar, menembak, berkuda) ini masih terkendala dengan pengadaan alat.
Baca Juga: Akhirnya, Indonesia 'Main' di Cabor Modern Pentathlon Asian Games 2018
Salah satu pelatih modern pentathlon disiplin anggar, Silvia Kristina mengatakan para atlet pelatnas masih menggunakan perlatan milik sendiri. Terlebih untuk disiplin anggar yang memang membutuhkan dana yang cukup besar.
Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab atas permasalahan tersebut? Mengingat Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah mengucurkan dana untuk persiapan Asian Games, termasuk pengadaan alat.
“Kami masih terkendala dengan pengadaan peralatan. Untuk sementara ada atlet yang mereka punya alat mereka pakai punya pribadi, saya juga bawa alat-alat bekas saya yang bisa mereka pakai. Karena kami tidak bisa menunggu,” ujar Silvia kepada Pantau.com saat ditemui di Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, Jakarta, Selasa (27/3/2018).
Sekadar informasi, cabor modern pentathlon sejatinya membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pengadaan perlatan. Sebagai contoh untuk nomor disiplin anggar, pelindung kepala yang dipakai memiliki harga sekira Rp3 juta. Sedangkan untuk pakaian pelindung antara Rp1,5 juta hingga lebih dari Rp5 juta.
Cabor modern pentathlon sendiri sejatinya tidak dibebankan target medali di Asian Games 2018. Mengingat, ini kali pertama kontingen Merah Putih mengirimkan wakilnya di multi-event empat tahunan tersebut.
Baca Juga: Tatap Asian Games 2018, JK Minta Tak Ada Lagi Keluhan soal Dana
Untuk pelatnas saja modern pentathlon hanya diikuti enam atlet (masing-masing tiga pria dan putri) yang baru berjalan awal Februari 2018. Nantinya, keenam atlet tersebut akan diseleksi lagi menjadi empat (dua putra dan putri) yang akan berlaga di Asian Games 2018.
“Kami memang tidak ada target. Tapi kita usahakan agar anak-anak bisa bermain dengan baik,” tambah Silvia.
Lebih lanjut, peraih medali perak Asian Games 1990 Beijing ini juga belum mau berkomentar mengenai peluang timnas modern pentathlon Indonesia untuk turun di Olimpiade Tokyo 2020. Ia mengatakan hanya ingin fokus untuk Asian Games 2018 terlebih dahulu.
“Kami belum berbicara untuk Olimpiade (2020). Tapi kalau anak-anak yang kira-kira punya potensi mungkin akan kami persiapkan. Makannya akan kami lihat dulu di Asian Games bagaimana potensinya,” papar Silvia.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta