billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi & Sains

Wamenkomdigi Nezar Patria: AI Harus Jadi Mitra Strategis Praktisi Humas, Bukan Pengganti

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Wamenkomdigi Nezar Patria: AI Harus Jadi Mitra Strategis Praktisi Humas, Bukan Pengganti
Foto: (Sumber: Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2025). ANTARA/Farhan Arda Nugraha/aa..)

Pantau - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, menyatakan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) harus dimanfaatkan sebagai mitra strategis oleh para praktisi kehumasan (PR) dalam menyampaikan komunikasi publik secara efektif dan manusiawi.

AI Mampu Bantu, Tapi Peran Manusia Tetap Vital

Nezar menekankan bahwa meskipun teknologi AI kini semakin canggih dan mampu memproduksi berbagai konten komunikasi publik secara mandiri, keberadaan manusia tetap tidak tergantikan dalam membangun narasi yang kontekstual dan penuh empati.

"Kesuksesan praktisi public relation di masa depan akan ditentukan oleh seberapa mahir kita menggunakan AI sebagai penguat strategis, dan seberapa teguh kita memegang standar etika dan kemanusiaan," kata Nezar dalam keterangan pers yang dikonfirmasi pada Kamis, 23 Oktober 2025.

Ia menyebut bahwa AI sudah dapat mengerjakan sejumlah tugas komunikasi seperti menulis draf siaran pers, menganalisis data publik, dan memantau sentimen media.

Selain itu, banyak agensi dan media juga telah memanfaatkan AI untuk menyusun laporan dan merancang strategi kampanye komunikasi.

Namun, menurut Nezar, sentuhan manusia tetap diperlukan agar narasi yang disampaikan relevan dengan konteks dan menyentuh sisi emosional audiens.

"Hasil karya AI sering kali kehilangan sentuhan emosional yang hanya dapat dihadirkan oleh manusia. Padahal PR bekerja dengan targeted, kepada siapa mau disampaikan. Dan to tell the story ini, semua kemampuan manusiawi yang kita punya itu bisa kita tumpahkan," jelasnya.

Pentingnya Etika dan Literasi Digital di Era AI

Nezar juga mengingatkan bahwa AI bukan tanpa risiko.

Menurutnya, AI masih berpotensi melakukan kesalahan dalam penalaran, menggunakan istilah yang tidak tepat, hingga menciptakan informasi palsu atau hallucination dalam merespons isu tertentu.

Karena itu, keterlibatan manusia, khususnya para praktisi kehumasan, tidak bisa diabaikan dalam penggunaan AI agar proses komunikasi publik tetap efektif, akurat, dan etis.

Ia menekankan pentingnya penguasaan etika, literasi digital, serta kemampuan berpikir kritis agar AI dapat dimanfaatkan secara bijak sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti.

"Masa depan komunikasi bukan hanya tentang teknologi, tapi bagaimana kita sebagai manusia mengendalikannya. Semoga kita bisa memajukan dunia PR kita dengan AI dan juga lebih manusiawi ke depan," ujar Nezar.

Penulis :
Ahmad Yusuf