Pantau - Laboratorium Universitas Sains dan Teknologi China (University of Science and Technology of China/USTC) di Hefei berhasil merevolusi metode penelitian kimia tradisional dengan menerapkan kecerdasan buatan (AI) dan sistem otomatisasi dalam eksperimen laboratorium.
Penelitian yang sebelumnya mengandalkan uji coba manual kini telah beralih ke sistem berbasis instruksi digital pada platform cerdas.
Dari "Xiao Lai" ke "Xiao Lin": Robot Peneliti yang Bekerja 24 Jam
Pada tahun 2021, tim yang dipimpin oleh Profesor Jiang Jun mengembangkan robot pakar kimia generasi pertama bernama Xiao Lai.
Robot ini memungkinkan eksperimen dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam dan dapat merancang eksperimen secara otonom tanpa campur tangan manusia.
Kini, tim tersebut telah meluncurkan generasi kedua dengan nama Xiao Lin, yang dirancang untuk menangani tugas-tugas riset yang lebih kompleks.
Berbeda dari pendahulunya, Xiao Lin tidak hanya berfungsi sebagai pengganti tenaga kerja laboratorium, tetapi telah bertransformasi menjadi mitra kolaboratif dalam kegiatan riset.
Menuju Sistem Ilmiah Sepenuhnya Otonom
Tim peneliti menargetkan pengembangan sistem sains yang sepenuhnya otonom, di mana mesin mampu:
Menemukan arah riset baru secara mandiri
Membantu peneliti lintas disiplin yang bukan ahli di bidang material
Kehadiran robot-robot ini dinilai sebagai elemen kunci dalam transformasi cara kerja laboratorium kimia di Tiongkok.
Perkembangan ini mencerminkan kemajuan signifikan dalam integrasi teknologi AI dalam dunia ilmiah, yang berpotensi mempercepat penemuan-penemuan di bidang kimia dan material.
- Penulis :
- Aditya Yohan
