Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi

Alibaba Rilis AI Lebih Canggih dari DeepSeek yang Guncang Pasar AS

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Alibaba Rilis AI Lebih Canggih dari DeepSeek yang Guncang Pasar AS
Foto: Ilustrasi. (iStockphoto.com)

Pantau - Model aritificaial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan DeepSeek-V3 sangat diakui mengguncang pasar Amerika Serikat (AS). Tak mau kalah, perusahaan teknologi China Alibaba merilis versi baru model Qwen 2.5 yang diklaim melampaui kecanggihan DeepSeek-V3.

Terhitung tidak biasa, waktu peluncuran Qwen 2.5-Max dilakukan pada hari pertama Tahun Baru Imlek. Pada momen ini, sebagian besar orang China sedang libur kerja dan berkumpul dengan keluarga.

Pemilihan tanggal itu dinilai menunjukkan tekanan yang ditimbulkan oleh kebangkitan pesat perusahaan rintisan AI asal China DeepSeek dalam tiga pekan terakhir. Ini tidak hanya terhadap para pesaing di luar negeri, tetapi juga pesaing domestiknya.

Qwen 2.5-Max mengungguli... hampir di semua lini GPT-4o, DeepSeek-V3, dan Llama-3.1-405B.

Unit cloud Alibaba dalam pengumuman yang diunggah di akun WeChat resminya mengungkapkan itu seraya merujuk pada model AI open-source (OS) tercanggih OpenAI dan Meta sebagaimana laporan Reuters, dikutip Kamis (30/1/2025).

Baca juga: DeepSeek Guncang Pasar AS, OpenAI Tawarkan ChatGPT Gov

Pada 10 Januari 2025, peluncuran asisten AI DeepSeek didukung oleh model DeepSeek-V3, ditambah peluncuran model R1 pada 20 Januari 2025. Kedua model ini telah menggemparkan Silicon Valley dan menyebabkan saham teknologi rontok.

Apalagi, biaya pengembangan dan penggunaannya konon jauh lebih rendah dari startup China tersebut. Ini mendorong investor mempertanyakan rencana pengeluaran besar-besaran oleh perusahaan AI terkemuka di Amerika Serikat (AS).

Keberhasilan DeepSeek juga telah menyebabkan para pesaing domestiknya berebut untuk meningkatkan model AI mereka sendiri.

Dua hari setelah peluncuran DeepSeek-R1, pemilik TikTok ByteDance merilis pembaruan untuk model AI andalannya. Model ini diklaim mengungguli o1 OpenAI yang didukung Microsoft dalam AIME, uji tolok ukur yang mengukur seberapa baik model AI memahami dan merespons instruksi yang rumit.

Baca juga: DeepSeek Guncang Pasar Saham AS, Nvidia Anjlok Drastis

Situasi itu menggemakan klaim DeepSeek yang mengatakan model R1 miliknya menyaingi o1 OpenAI pada beberapa tolok ukur kinerja.

Pendahulu model V3 DeepSeek, DeepSeek-V2, memicu perang harga model AI di China setelah dirilis pada Mei 2024.

DeepSeek-V2 bersifat sumber terbuka dan sangat murah, hanya 1 yuan (US$ 0,14 atau Rp 2.274) per 1 juta token. Unit data yang diproses oleh model AI ini menyebabkan unit cloud Alibaba mengumumkan pemotongan harga hingga 97% pada berbagai model.

Perusahaan teknologi China lainnya mengikuti langkah tersebut. Termasuk Baidu yang merilis ChatGPT pertama di China pada Maret 2023, serta perusahaan internet paling berharga di negara itu yaitu Tencent.

Baca juga: Telkom dan Alibaba Cloud Kolaborasi Perkuat Ekosistem Digital di Pasar Indonesia

Sebelumnya, pendiri DeepSeek Liang Wenfeng yang misterius menyetujui wawancara langka dengan media China, Waves, pada Juli 2024. 

Ia mengatakan startup itu tidak peduli dengan perang harga dan bahwa mencapai kecerdasan umum buatan (artificial general intelligence/ AGI) adalah tujuan utamanya.

OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem otonom yang melampaui manusia dalam sebagian besar tugas yang bernilai ekonomi.

Perusahaan teknologi besar China seperti Alibaba memiliki ratusan ribu karyawan. Sedangkan DeepSeek beroperasi seperti laboratorium penelitian, yang sebagian besar stafnya adalah lulusan muda dan mahasiswa doktoral dari universitas-universitas terkemuka China.

Baca juga: Alibaba Cloud Tegaskan Komitmennya di Indonesia dengan Kemitraan AI

Liang membeberkan, dirinya yakin perusahaan teknologi terbesar di China itu mungkin tidak cocok dengan masa depan industri AI. Ia membandingkan biaya tinggi dan struktur top-down mereka dengan operasi ramping dan gaya manajemen longgar DeepSeek.

"Model dasar yang besar membutuhkan inovasi berkelanjutan, kemampuan raksasa teknologi memiliki batasnya," imbuhnya.

Penulis :
Ahmad Munjin