HOME  ⁄  Ekonomi

Benarkah Virus Korona 'Siksa' Pertumbuhan Ekonomi? Ini 6 Faktanya

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Benarkah Virus Korona 'Siksa' Pertumbuhan Ekonomi? Ini 6 Faktanya

Pantau.com - Serangan virus korona atau Covid-19 ke perekonomian dunia telah mulai nampak. Dimana pasar saham global berguguran, termasuk IHSG dan nilai tukar mata uang Rupiah yang anjlok.

Tak ingin 'disiksa' virus korona terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah pun memiliki jurus untuk mengantisipasinya yakni dengan memberikan insentif penerbangan berupa diskon tiket pesawat 50 persen ke 10 destinasi wisata.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga Bank Indonesia mengakui bahwa virus korona menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Lantas seberapa berbahayanya virus yang begitu mematikan ini? Benarkah ekonomi dunia begitu disiksa dengan wabah virus berkode Covid-19.

Dampak Virus Korona yang 'Sakiti' Perekonomian Indonesia:


1. BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Indonesia

Bank Indonesia. (Foto: Pantau.com)

Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia. Untuk global diturunkan dari 3,1% menjadi 3%, sedangkan ekonomi Indonesia menjadi 5,0-5,4 persen dari proyeksi sebelumnya 5,1-5,5 persen.

Virus korona berdampak pada salah satu ekonomi terbesar dunia, yaitu China. Negeri Tirai Bambu itu memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi global, sehingga apa yang terjadi di sana dampaknya menyebar pada ekonomi negara-negara lain.

"Pangsa global trade dipengaruhi China seperti Country Complexity Index. Bagaimana produk China begitu kompleks mempengaruhi produk-produk di dunia," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma.

2. Virus Korona Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Ilustrasi pasien positif virus korona. (Foto: business insider)

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan virus korona tetap akan memberi hambatan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2020.

"Namun dampak virus corona diperkirakan akan menghambat pertumbuhan ekonomi pada triwulan 1 2020," ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Indonesia Positif Terserang Korona, IHSG Diprediksi Menurun

3. Ekspor-Impor Terganggu Akibat Virus Korona

Ilustrasi pelabuhan bongkar muat. (Foto: Antara)

Beberapa lalu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyampaikan pihaknya fokus pada dampak penyebaran virus korona terhadap sektor industri, utamanya yang menyangkut ekspor dan impor. Beberapa dinas diterjunkan untuk membuat laporan pengaruh korona terhadap ekspor-impor Jateng.

Hasilnya, terdapat beberapa komoditas yang kemungkinan terganggu akibat virus asal Wuhan China tersebut. Di antaranya yakni kapas sebagai bahan baku tekstil.

"Tapi kalau deteksi dininya, saya minta industri perdagangan, ekspor kita ke beberapa negara terganggu atau tidak. Impor kita pada bahan baku terganggu atau tidak. Tadi saya contohkan kapas, untuk tekstil kemungkinan akan terganggu," papar Ganjar.

4. Bank Indonesia Optimis Pertumbuhan Ekonomi Bangkit di Akhir Tahun

 

Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto: Antara)

Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,0-5,4 persen dari sebelumnya 5,1-5,4 persen karena meluasnya penyebaran virus korona atau Covid-19. Meski demikian, Bank Sentral optimis ekonomi tahun ini bisa tumbuh hingga 5,4 persen.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di tengah virus korona, ada beberapa hal yang bisa dilakukan BI bersama pemerintah. Seperti kemarin, BI menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 4,75 persen.

"Kita lihat dampak BI Rate butuh waktu pertumbuhan ekonomi. Artinya dengan penurunan saat ini, berdampak signifikan ke depannya. Itu dari sisi moneternya," paparnya.

Baca juga: Bank Indonesia Yakin Ekonomi Membaik di Semester II-2020

5. IHSG Anjlok

Ilustrasi IHSG. (Foto: Antara)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memberikan stimulus terkait anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan 28 Februari 2020. Bahkan pada Senin (2/3/2020) siang, IHSG tercatat anjlok 223,7 poin atau 4,042 persen ke level 5.311.

"Kebijakan untuk memberikan stimulus dan menjaga kepercayaan publik khususnya investor," ujar Jubir OJK, Sekar Putih Djarot.

6. Rupiah Melemah

 

Mata uang rupiah. (Foto: Antara)

Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Tak tanggung-tanggung, BI langsung melakukan tripple intervensi demi menstabilkan nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan intervensi pertama yaitu dengan melakukan penjualan valas demi stabilnya nilai tukar Rupiah. Kemudian yang kedua adalah dengan melakukan intervensi pasar Domestic non-delevery forward (DNDF).

"Sekali lagi kami menegaskan BI akan terus berada di pasar stabilkan nilai tukar rupiah untuk obligasi pemerintah. Kita melakukan triple intervensi, satu di spot menjual valas untuk kendalikan nilai tukar rupiah. Kita juga intervensi melalui DNDF dan kita intervensi melalui pembelian SBN yang dilepas investor asing," tuntasnya.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta