
Pantau.com - Ekonomi Indonesia berada dalam jurang resesi apabila pertumbuhannya kembali minus pada kuartal III 2020. Betapa tidak, di kuartal II 2020, ekonomi nasional minus 5,32 persen.
Karena itu, keluar dari jurang resesi, pemerintah membutuhkan dana besar. Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pemerintah membutuhkan dana hingga Rp 200 triliun agar ekonomi nasional tidak minus.
"Kami membutuhkan paling tidak sekitar Rp 180 triliun hingga Rp 200 triliun untuk memastikan kelanjutan pertumbuhan ekonomi," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual yang diadakan Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Baca juga: Aduh! Menkeu Prediksi Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal III Negatif
Budi menjelaskan, kebutuhan dana tersebut berdasarkan perhitungan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai USD1 triliun atau setara Rp14.500 triliun.
Dari PDB Rp 14.500 triliun itu, apabila dibagi empat, setiap kuartalnya didapatkan angka sekitar Rp 3.600 triliun. Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen, artinya, Indonesia kehilangan Rp 180 triliun.
"Jadi kalau kita bisa mendistribusikan dana Rp 180 triliun setiap kuartal yang merupakan minus 5 persen PDB tadi. Itu target yang kami lagi kejar," papar Budi.
Baca juga: BPS: Tren Pelemahan Daya Beli Terus Terjadi, Tanda-tanda Resesi?
Budi menambahkan, Presiden Joko Widodo beberapa waktu meminta semua pihak mencoba yang terbaik untuk mendorong ekonomi nasional di masa pandemi dengan tetap mendahulukan faktor kesehatan.
Untuk mendorong ekonomi bergerak di masa pandemi, pemerintah pun telah mengeluarkan banyak bantuan sosial.
Bantuan sosial itu mulai dari bantuan langsung tunai, keringanan tagihan listrik bagi pelanggan 450 VA dan 900 VA subsidi, kucuran dana hibah ke UMKM, hingga yang terbaru adalah subsidi gaji bagi 15,7 juta pekerja di Indonesia sebesar Rp 2,4 juta selama empat bulan.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta