
Pantau.com - Sejumlah negara Uni Eropa (EU), termasuk Belgia, Belanda dan Irlandia pada hari Selasa, 29 Maret 2022, mengusir puluhan diplomat Rusia, beberapa di antaranya karena dugaan mata-mata, yang menurut perdana menteri Irlandia merupakan langkah terkoordinasi, melansir Reuters, Rabu, 30 Maret 2022.
Rusia mengeluarkan pernyataan keras terhadap tindakan "tidak bersahabat" dan menjanjikan pembalasan.
Pengusiran itu dilakukan setelah hubungan antara Uni Eropa dan Rusia mencapai titik terendah dalam sejarah, setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang merupakan serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Belgia mengusir 21 diplomat Rusia atas dugaan memata-matai dan mengancam keamanan, kata Menteri Luar Negeri Sophie Wilmes, kepada anggota parlemen. Pengusiran itu secara eksklusif berkaitan dengan keamanan nasional dan jalur diplomatik masih akan terbuka, kata Wilmes.
Sebanyak 21 warga Rusia bekerja di kedutaan besar Rusia di Brussel dan konsulat di Antwerpen. Mereka semua terakreditasi sebagai diplomat, tetapi bertugas untuk memata-matai dan mempengaruhi operasi, kata juru bicara kementerian.
Wilmes mengatakan keputusan Belgia itu dikoordinasikan dengan Belanda, yang mengusir 17 agen intelijen Rusia yang terakreditasi sebagai diplomat. Keputusan itu didasarkan pada informasi dari dinas keamanannya sendiri, kata kementerian luar negeri Belgia.
Irlandia mengusir empat pejabat senior di Kedutaan Besar Rusia, dan Republik Ceko juga mengusir salah satu staf diplomatik di kedutaan Rusia di Praha.
Duta besar Rusia di beberapa negara mengeluarkan pernyataan tegas. Kedutaan Irlandia menggambarkan keputusan pemerintah setempat sebagai "sewenang-wenang dan tidak berdasar."
Pengusiran Belgia itu "sama sekali tidak berdasar" dan berpotensi berdampak serius bagi hubungan Rusia-Belgia, kata duta besar dalam sebuah pernyataan.
"Akan ada balasan sehubungan dengan semua tindakan tidak bersahabat terhadap lembaga asing Rusia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip kantor berita RIA Rusia.
Perdana Menteri Irlandia, Michael Martin mengatakan langkah itu dilakukan "bekerja dengan negara lain", tetapi tidak mungkin untuk mencapai koordinasi di antara seluruh negara Uni Eropa.
"Tidak mungkin membuat seluruh 27 (anggota EU) mengerjakan agenda yang sama," katanya.
- Penulis :
- St Fatiha Sakinah Ramadhani