HOME  ⁄  Internasional

Untuk Pertama Kali, Peringatan Tsunami Jepang Kalah oleh Korona

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Untuk Pertama Kali, Peringatan Tsunami Jepang Kalah oleh Korona

Pantau.com - Pada Rabu 11 Maret 2020, Jepang memperingati sembilan tahun bencana tsunami dahsyat yang dipicu gempa bumi, dan menerjang kawasan pesisir timur laut negara itu sehingga mengakibatkan lebih dari 15.000 orang meninggal dunia serta memicu krisis nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl pada 1986.

Namun karena wabah korona, sebuah upacara yang awalnya akan digelar di Tokyo dan didukung oleh pemerintah dibatalkan untuk pertama kalinya sejak 2012, walaupun Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan akan menyampaikan pidato nasional dari kediaman resminya dan mengheningkan cipta untuk sejenak.

Area-area yang paling parah dihantam bencana itu, meliputi prefektur Fukushima, Iwate dan Miyagi membatalkan atau mengurangi skala upacara peringatan. Sebelumnya, upacara peringatan digelar dengan doa bersama untuk mendoakan para korban yang meninggal dan memohon pemulihan di masa mendatang bagi warga yang masih hidup di wilayah-wilayah yang terdampak.

Baca juga: Menkes Inggris Nadine Dorries Positif Terinfeksi Virus Korona


Foto yang diabadikan pada 27 Februari 2020 ini menunjukkan sebuah gedung sekolah dasar yang hancur akibat tsunami dahsyat yang dipicu gempa bumi sembilan tahun lalu di Fukushima, Jepang. (Xinhua/Wang Zijiang)

Karena pemerintah menganjurkan agar warga menghindari perkumpulan dalam jumlah besar di tengah wabah COVID-19, penyesuaian akan dibuat di area-area tersebut sehingga setiap orang bisa berdoa dan meletakkan bunga secara bergantian pada siang hari.

Perintah evakuasi telah dicabut di sebagian besar area di Prefektur Fukushima. Lebih dari 90 persen perumahan bagi mereka yang terpaksa tinggal di fasilitas dan penampungan sementara pascabencana di ketiga wilayah tersebut telah selesai dibangun.

Meski demikian, warga yang masih tinggal di perumahan sementara pada akhir Januari lalu di ketiga prefektur itu berjumlah 740 orang, dengan jumlah pengungsi menurun dari level tertinggi 470.000. Akan tetapi, kurang lebih 48.000 orang masih belum kembali ke kampung halaman mereka sejak bencana terjadi. Secara keseluruhan, bencana besar itu telah merenggut 15.899 jiwa sampai dengan 1 Maret lalu, demikian menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang, dengan 2.529 orang masih dianggap hilang atau tidak jelas keberadaannya.

Baca juga: Korsel Laporkan Lonjakan Drastis Penderita Virus Korona


Gambar video yang diambil dari NHK ini menunjukkan area yang hancur akibat bencana tsunami yang dipicu gempa bumi di Fukushima, Jepang, pada 11 Maret 2011. (Foto: Xinhua)

Pemerintah Jepang mengatakan pihaknya akan mempertahankan pengoperasian Badan Rekonstruksi yang dibentuk setahun setelah bencana guna memastikan proses rekonstruksi berjalan secara terkoordinasi dan terkonsolidasi.

Namun, muncul kekhawatiran bahwa pemerintah dan Tokyo Electric Power Company Holdings Inc., operator pembangkit tenaga nuklir yang mengalami kehancuran di Fukushima dan beberapa kali mengalami kerusakan pascaterjangan tsunami akibat gempa bumi bermagnitudo 9,0, tidak dapat mengikuti jadwal penonaktifan pembangkit yang lumpuh tersebut.

Salah satu contohnya adalah keputusan yang diambil Desember lalu untuk menunda pemindahan bahan bakar nuklir yang telah terpakai di kedua reaktor pembangkit tersebut hingga lima tahun berikutnya menjadi Maret 2029. Tampaknya, seluruh proses penonaktifan pembangkit itu akan membutuhkan waktu puluhan tahun, sehingga beberapa warga setempat masih akan terus menderita pascabencana tersebut. 

rn
Penulis :
Widji Ananta

Terpopuler