
Pantau - Banyak yang tak percaya menyaksikan Maroko bisa lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2022 sebagai juara Grup F. Pasalnya, di grup itu bercokol tim terbaik Piala Dunia 2018, Kroasia dan Belgia.
Maroko menjadi buah bibir bersama Jepang, tim yang juga membuat kejutan besar dengan menyingkirkan Jerman pada babak penyisihan dan membuat Spanyol hanya berstatus runner-up Grup E.
Namun, Jepang tidak mampu melanjutkan kiprahnya dan langsung terhenti di babak 16 besar. Sementara itu, Maroko melangkah dengan gagah ke perempat final dengan menyingkirkan Spanyol lewat adu penalti. Lebih membanggakan lagi, tak ada satu pun eksekutor Spanyol yang mampu membobol gawang Yassine Bono.
Bahkan, sebagian besar rakyat Maroko tampaknya tak berani bermimpi timnya bisa menembus perempat final, yang pertama dalam sejarah. Sebab, Maroko dalam kondisi internal kurang apik setelah pemecatan pelatih Vahid Halilhodzic.
Presiden Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko (FRMF) Fouzi Lekjaa membuat keputusan berani memecat Halilhodzic dan menempatkan Walid Regragui pada Agustus. Padahal, Halilhodzic berjasa mengantarkan Maroko ke Qatar.
Ternyata, upaya Lekjaa tak sampai di situ. Ia mengumpulkan semua orang tua pemain dan tim pelatih untuk bersama-sama mendukung Maroko di Qatar. Lekjaa menganggap restu orang tua akan memudahkan para pemain Maroko tampil optimal.
Maka, pemandangan bek sayap Paris Saint-Germain (PSG) Achraf Hakimi yang menuju tribun penonton untuk memeluk ibunya, Saidah Mouh menjadi pemandangan biasa. Hakimi melakukannya saat Maroko mengalahkan Belgia, dilanjutkan kemenangan bersejarah atas Spanyol.
Saidah tidak sendirian, karena para orang tua dari seluruh pemain juga ikut serta meskipun mungkin kurang tersorot media. Markas timnas Maroko di Hotel Wyndham Doha West Bay terlihat seperti perkemahan musim panas yang dipenuhi oleh para orang tua yang mendukung anaknya berjuang demi negara mereka.
Bahkan, ibunda pelatih Walid Regragui, Fatima juga turut hadir mendampingi sang anak memimpin timnas Maroko. Regragui juga merayakan keberhasilan dengan memeluk dan mencium sang ibu usai laga kontra Spanyol.
Orang tua gelandang Abdelhamid Sabiri lain lagi, mereka suka membawa kamera dan menghabiskan beberapa hari berkeliling hotel, mengamankan foto-foto dengan para anggota tim lain sebagai kenang-kenangan.
Para orang tua yang bangga ini sangat antusias saat awak media meminta mereka menceritakan masa lalu anak-anaknya dan bagaimana mereka menganggap semua pemain di skuad seperti anak sendiri.
Terlepas dari unggahan di media sosial yang menghangatkan hati, menciptakan energi positif adalah bagian dari strategi Regragui untuk mendapatkan berkah yang tak terlihat.
"Kesuksesan kami tidak mungkin tanpa kebahagiaan orang tua kami," tegas Regragui.
Maroko menjadi buah bibir bersama Jepang, tim yang juga membuat kejutan besar dengan menyingkirkan Jerman pada babak penyisihan dan membuat Spanyol hanya berstatus runner-up Grup E.
Namun, Jepang tidak mampu melanjutkan kiprahnya dan langsung terhenti di babak 16 besar. Sementara itu, Maroko melangkah dengan gagah ke perempat final dengan menyingkirkan Spanyol lewat adu penalti. Lebih membanggakan lagi, tak ada satu pun eksekutor Spanyol yang mampu membobol gawang Yassine Bono.
Bahkan, sebagian besar rakyat Maroko tampaknya tak berani bermimpi timnya bisa menembus perempat final, yang pertama dalam sejarah. Sebab, Maroko dalam kondisi internal kurang apik setelah pemecatan pelatih Vahid Halilhodzic.
Presiden Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko (FRMF) Fouzi Lekjaa membuat keputusan berani memecat Halilhodzic dan menempatkan Walid Regragui pada Agustus. Padahal, Halilhodzic berjasa mengantarkan Maroko ke Qatar.
Ternyata, upaya Lekjaa tak sampai di situ. Ia mengumpulkan semua orang tua pemain dan tim pelatih untuk bersama-sama mendukung Maroko di Qatar. Lekjaa menganggap restu orang tua akan memudahkan para pemain Maroko tampil optimal.
Maka, pemandangan bek sayap Paris Saint-Germain (PSG) Achraf Hakimi yang menuju tribun penonton untuk memeluk ibunya, Saidah Mouh menjadi pemandangan biasa. Hakimi melakukannya saat Maroko mengalahkan Belgia, dilanjutkan kemenangan bersejarah atas Spanyol.
Saidah tidak sendirian, karena para orang tua dari seluruh pemain juga ikut serta meskipun mungkin kurang tersorot media. Markas timnas Maroko di Hotel Wyndham Doha West Bay terlihat seperti perkemahan musim panas yang dipenuhi oleh para orang tua yang mendukung anaknya berjuang demi negara mereka.
Bahkan, ibunda pelatih Walid Regragui, Fatima juga turut hadir mendampingi sang anak memimpin timnas Maroko. Regragui juga merayakan keberhasilan dengan memeluk dan mencium sang ibu usai laga kontra Spanyol.
Orang tua gelandang Abdelhamid Sabiri lain lagi, mereka suka membawa kamera dan menghabiskan beberapa hari berkeliling hotel, mengamankan foto-foto dengan para anggota tim lain sebagai kenang-kenangan.
Para orang tua yang bangga ini sangat antusias saat awak media meminta mereka menceritakan masa lalu anak-anaknya dan bagaimana mereka menganggap semua pemain di skuad seperti anak sendiri.
Terlepas dari unggahan di media sosial yang menghangatkan hati, menciptakan energi positif adalah bagian dari strategi Regragui untuk mendapatkan berkah yang tak terlihat.
"Kesuksesan kami tidak mungkin tanpa kebahagiaan orang tua kami," tegas Regragui.
- Penulis :
- Aditya Andreas