Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Tetap di Rumah Lebih Aman daripada Keluar Menggunakan Masker

Oleh Gilang
SHARE   :

Tetap di Rumah Lebih Aman daripada Keluar Menggunakan Masker

Pantau.com - Imbauan mengenakan masker saat di luar rumah mengemuka seiring upaya pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus korona baru atau Covid-19, yang sudah menginfeksi sekitar 2.273 orang pada Senin (6/4/2020).

Di sisi lain, ahli Pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Raden Rara Diah Handayani juga menyerukan pentingnya orang-orang tetap berada di rumah pada saat ini demi mencegah virus semakin menyebar.

Pakar kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany memprediksi penyebaran Covid-19 di Indonesia bisa berakhir pada Mei 2020, asalkan masyarakat disiplin menjaga jarak fisik dan sosial, termasuk diam di rumah sementara ini.

"Tidak kontak face to face, ada teknologi modern, kita bisa ketemu. Jangan sampai orang lain menjadi korban kalau kita egois," kata dia belum lama ini.

Baca juga: Abbott Laboratories Klaim Miliki Alat Tes Deteksi Korona Tercepat

Diah menekankan berbahayanya droplet, apalagi di semakin tingginya pergerakan orang.

"Droplet itu bahaya luar biasa ketika jumlah kasus banyak. Semakin tinggi pergerakan, mobilisasi masif, orang malah didorong kerja, belanja, makin tinggi (bahaya)," kata dia.

Studi dalam jurnal American Medical Association menemukan karena sejumlah kondisi, droplet dari batuk, bersin dan bahkan hembusan napas bisa menjangkau lebih dari 26 kaki atau delapan meter dan bertahan di udara selama beberapa menit.

Penulis studi sekaligus profesor di Massachusetts Institute of Technology, Lydia Bourouiba mengatakan, ukuran droplet bisa sangat kecil dan bahkan tak terlihat seperti ukuran mikron, yakni 1 mikron, lebih kecil dari rambut manusia yang tebalnya 60-120 mikron.

"Aerosol berbeda. Partikel yang sangat kecil dapat bertahan di udara untuk waktu yang lama, kadang-kadang selama berjam-jam," kata profesor kedokteran dan penyakit infeksi dari Stanford University, Stanley Deresinski seperti dilansir Usa Today.

Udara dari droplet itu beberapa di antaranya terlindung oleh awan gas dan dapat bertahan cukup lama hingga seseorang menghirup virus.

"Di dalam awan gas, masa hidup droplet bisa jauh lebih panjang dengan faktor dari sepersekian detik hingga menit," kata studi Bourouiba.

Baca juga: Menurut Ahli, Virus Korona Sulit Bertahan Hidup di Makanan

Di sisi lain, The National Academy of Sciences (NAS) mengungkapkan virus korona baru juga bisa menyebar melalui udara, tidak hanya dari droplet dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.

"Hasil studi konsisten, penyebaran virus melalui pernapasan normal," kata Komisi Tetap Penyakit Menular dan Ancaman Kesehatan Abad 21, Amerika Serikat, Harvey Fineberg seperti dilansir ScienceMag.

Sejauh ini, lembaga-lembaga kesehatan termasuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan jalur rute utama penularan SARS-CoV-2 melalui tetesan pernapasan ketika orang batuk dan bersin.

Tetapi jika virus korona baru bisa bertahan dalam udara yang dihasilkan saat seseorang menghembuskan napas, perlindungan terhadap virus menjadi lebih sulit.

NAS dalam studi yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan, SARS-CoV-2 bisa bertahan di tetesan udara selama 3 jam dan tetap berpotensi menular.

Namun, tidak semua ahli sepakat udara menjadi media penyebaran virus korona. Walau begitu, CDC merekomendasikan semua orang di Amerika Serikat mengenakan kain masker di luar rumah untuk mengurangi penyebaran virus.

rn
Penulis :
Gilang