Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Bak RI Miliki Cadangan Migas Besar, Timor Leste Malah Ditinggal Operator

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Bak RI Miliki Cadangan Migas Besar, Timor Leste Malah Ditinggal Operator

Pantau.com - Timor Leste adalah negara baru yang merdeka dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sama seperti Indonesia, negara ini juga memiliki cadangan minyak dan gas yang begitu besar. Timor Leste membangun bandara dan jalan raya untuk mengembangkan wilayah pesisir pantai selatan dengan nama Proyek Tasi Mane. Rencananya berupa penyaluran minyak dan gas dari Laut Timor untuk diproses di darat.

"Pahlawan perjuangan kemerdekaan di negara ini sangat mendukung proyek ini, sehingga orang lain segan mempertanyakannya," jelas Scheiner,  La'o Hamutuk, sebuah LSM pemantau pembangunan di Timor-Leste.

Banyak dari pahlawan kemerdekaan itu, termasuk Xanana Gusmao sendiri, sekarang duduk di pemerintahan. Bahkan Xanana sendiri yang langsung memimpin Proyek Tasi Mane, yang diharapkan memberikan dukungan begitu Timor-Leste dan Australia meratifikasi perjanjian perbatasan laut bulan depan.

Baca juga: Hingga Akhir 2019, Blok Masela Bisa Dongkrak Cadangan Migas 300 Persen

Perjanjian kedua negara akan memberi hak kepada Timor Leste atas sebagian besar royalti dari ladang Greater Sunrise, bernilai sekitar 50 miliar dolar. Perusahaan minyak milik negara Timor Gap berpandangan nilai cadangan tersebut jauh lebih besar dari itu.

"Angka-angka kami menunjukkan nilainya lebih dari 76 miliar dolar, berdasarkan cadangan yang kami hitung," kata CEO Timor Gap, Francisco Monteiro.

"Selama proyek ini kami akan menerima setidaknya 28 miliar dolar," tambahnya.

Namun sejumlah pihak menyebut biaya proyek ini akan jauh lebih besar daripada hasilnya. Timor Leste kini hampir sepenuhnya menggantungkan diri pada cadangan minyak dan gas tersebut. Namun bukannya menikmati royalti dari pemrosesan lepas pantai tanpa mengeluarkan dana satu sen pun, seperti halnya yang terjadi di ladang migas Bayu Undan, Timor Leste justru bertekad membangun fasilitas pengolahan sendiri.

Baca juga: SKK Migas: Investasi Hulu Migas hingga Juni 2019 Capai Rp72 Triliun

Proyek Tasi Mane mencakup rencana kilang LNG, refinery, pangkalan industri, pelabuhan laut, bandara kedua, dan jalan raya yang menghubungkan semuanya di sepanjang pantai selatan negara itu.

Keseluruhan proyek membutuhkan biaya hingga 16 miliar dolar. Dana tersebut kurang-lebih sama dengan Dana Perminyakan Timor Leste yang saat ini dipakai untuk APBN bidang kesehatan, pendidikan dan pelayanan vital lainnya.

Selain itu, Timor secara terpisah telah membayar 650 juta dolar untuk membeli saham mayoritas di proyek Greater Sunrise, memberikannya kendali atas bagaimana dan dimana cadangan minyak dan gas dikembangkan. Timor Gap sekarang berusaha mendapatkan pinjaman 16 miliar dolar dari bank asing dan investor, termasuk Bank Exim China.

Tetapi para analis perminyakan mengatakan proyek itu tidak dapat dijalankan, dan malah bisa mengirim Timor Leste ke dalam perangkap hutang China.

"Mempertaruhkan seluruh cadangan sumber daya, dana 17 miliar dolar yang disimpan di Dana Perminyakan, pada satu proyek di sektor migas, merupakan pertaruhan yang buruk," ujar Scheiner.

Baca juga: Penjelasan Dirjen Migas ESDM Soal Gelembung Gas di Kawasan Pantura

Dia menyebut sebenarnya sektor perminyakan merupakan sektor yang paling tidak efisien untuk menciptakan lapangan kerja di Timor.

"Kita seharusnya fokus pada pertanian, pada pariwisata, pada industri kecil untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan di sini," katanya.

Awal tahun ini, Parlemen Timor Leste mengubah UU untuk menghilangkan sebagian pengawasan terhadap penggunaan uang dari Dana Perminyakan untuk proyek-proyek besar.

Obsesi pada migas

James Scambary mempertanyakan obsesi Pemerintah Timor Leste untuk mengolah cadangan migasnya sendiri di negara itu.

"Sikap yang terasa di Timor Leste yaitu, kami memenangkan perang melawan Indonesia. Kami memenangkan perselisihan dengan Australia atas batas laut, dan anda bilang kami tak bisa mengerjakan ini," katanya.

"Jika keberanian dan tekad bisa membangun kilang minyak, itu akan sangat bagus. Tapi tentu saja tidak begitu," tambahnya.

Ada pula persoalan teknis yang cukup besar, termasuk kebutuhan membangun pipa sepanjang 286 kilometer melintasi laut sedalam 2.800 meter di pantai selatan Timor Leste. Sebuah survei batimetri AS menyimpulkan bahwa ukuran pipa perlu lebih berat agar bisa menahan tekanan pada kedalaman laut tersebut.

Jika pipa itu bocor, akan sulit untuk diperbaiki pada tingkat kedalaman seperti itu. Para mitra dalam proyek Greater Sunrise terang-terangan menentang Proyek Tasi Mane. Woodside Petroleum, operator usaha patungan itu misalnya, menyatakan tidak akan berinvestasi pada pengolahan di darat.

ConocoPhillips dan Shell sama-sama menjual saham mereka di proyek Greater Sunrise karena keraguan mereka atas kemampuan Timor Leste untuk memproses migas di darat.

Namun sebuah laporan untuk Timor Gap menunjukkan bahwa Proyek Tasi Mane akan membuka 12.700 lapangan kerja selama proses konstruksi dan 2.000 lainnya untuk pekerjaan selanjutnya

Laporan tersebut memperkirakan fase konstruksi kedua akan menghasilkan hingga 12.600 lapangan kerja pada tahun 2028. Tetapi Scambary menilai Timor Leste masih kekurangan tenaga kerja terampil untuk membangun atau mengoperasikan kilang LNG atau kilang minyak.

"Itu fantasi absolut. Sebagian besar pekerja di sana adalah orang asing," katanya.

Penulis :
Nani Suherni