Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5,2 Persen, Ada Masalah?

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5,2 Persen, Ada Masalah?

Pantau.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan peetumbuhan ekonomi RI tahun ini berada di kisaran 5-5,4 persen dengan angka pertengahan 5,2 persen. Namun proyeksinya masih dibawah 5,2 persen. 

"Mengenai pertumbuhan ekonomi, kami sampaikan kemarin tahun ini 5-5,4 persen. Mid nya kan 5,2 persen. Kemarin kualifikasinya tahun 2018 kecenderungannya akan ada di bawah titik tengahnya 5,2 persen," ujarnya saat jumpa pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, (26/10/2018).

Pihaknya menegaskan kondisi tersebut bukan berarti pertumbuhan ekonomi jelek, menurutnya dengan kisaran 5-5,4 persen dinilai masih cukup baik dan masih menunjukkan proses recovery. 

"Tapi recovery-nya tidak secepat yang kita harapkan. Itu kalau kita lihat sejumlah faktor, sumber pertumbuhannya itu kan cukup sehat," katanya. 

Bila dilihat dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang menjadi isu itu bukan domestic demand, tapi masalah nett external demand.

"Nett external demand itu kan export dikurangi impor. Ekspornya kan memang lagi agak sulit kecuali manufacturin ke AS," jelasnya.

Sementara kalau dari sisi pengeluaran kata dia, konsumsi tercatat di atas 5 persen. 

"Kalau konsumsi, apalagi konsumsi rumah tangga 5 persen, dan total consumption itu pun di atas 5 persen. Kalau konsumsi di atas 5 persen, berarti daya beli cukup bagus. Karena antara lain tingkat harganya terkendali," paparnya.

Kemudian dilihat dari investasi di atas masih diatas 7 persen, kondisi  tersebut dinilai baik. Investasinya di triwulan I tercatat 7,95 persen, triwulan II itu 5,9 persen dan triwulan III diproyeksikan dapat mencapai di atas 7 persen. 

"Sumber dari investasinya itu tidak hanya bangunan tapi juga non bangunan. Non bangunannya itu apa, indikatornya purchasing manufacturing indeks," katanya. 

Baca juga: Teknologi Keuangan Ubah Gaya Hidup Millennials, Apa Saja?

Di sisi lain, pengendalian impor diproyeksi efeknya baru terjadi dalam hasil bulan September. Sehingga wajar kata dia, nett external demand belum memberikan kontribusi positif.

"Itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonominya masih di bawah titik tengah 5,2 persen. Jadi jangan dilihat 'wah ini melambat, resesi pak'," tuturnya.

"Cuma karena external demandnya melambat dan langkah pengendalian impor baru mulai kelihatan di September dan akan berdampak kedepannya. Jadi in conclusion pertumbuhan ekonomi kita masih naik," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni