
Pantau.com - Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, menilai banyak ilmu pengetahuan yang tidak penting pada kurikulum pelajaran di Indonesia. Hal itu yang menyebabkan kurikulum justru terasa beban bagi pendidik juga murid. "Guru kita patuh betul dengan kurikulum. Padahal tidak semua beban kurikulum harus disampaikan. Artinya Kurikulum kita sebenarnya sarat beban bahkan banyak pengetahuan sampah yang tidak perlu disampaikan ke murid kita," kata Retno dalam konferensi pers di Gedung LBH Jakarta, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (25/11/2018).
Baca Juga: Pantau Grafis: Sejarah Lahirnya Hari Guru Nasional yang Lalui 2 Masa Penjajahan
Menurut Retno, seharusnya guru menjadikan kurikulum seperti santapan makan siang yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Sehingga guru menjadi kreatif kurikulum bukan sekadar pelaksana kurikulum. Namun yang terjadi saat ini, Retno melihat mayoritas guru Indonesia masih menjadi pelaksana kurikulum. Seakan menunjukkan guru yang kurang berkualitas dan membebani murid. "Kurikulum kita lebih mengajarkan ke hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam perkembangan zaman apalagi menghadapi era revolusi industri. Harusnya guru ini juga direvolusi bagaimana pola berpikirnya. Jadi Mau ganti menteri, mau ganti kurikulum, mau ada atau tidak kurikulum tetap dia bisa mengajar," ucapnya. "Problemnya guru Indonesia berdasarkan data Word bank pada 2012 dirilis 2014, menunjukan dari 12 negara di Asia yang diriset, guru Indonesia ada di posisi 12, posisi kunci," tukas Retno.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta