
Pantau.com - Penduduk New Delhi, ibukota India, diperkirakan akan 'dikepung' kabut asap paling lama selama seminggu. Akibat kabut asap itu, penerbangan ditunda dan dialihkan dari bandara internasional New Delhi pada Minggu 3 November 2019 waktu setempat.
Pilot tidak dapat melihat karena pandangan tertutup kabut tebal, yang lebih dari tiga kali tingkat "berbahaya" pada indeks kualitas udara global (AQI). Hari ini, level AQI tetap di atas 800 di beberapa bagian kota. Angka itu merupakan level terburuk yang pernah terjadi di India dalam lebih dari tiga tahun.
Departemen Meteorologi India mengatakan bahwa cuaca dingin yang akan segera tiba bisa membuat kabut asap agak membaik dalam beberapa hari mendatang. Namun sulit untuk mengatakan apakah ini akan mengarah pada pengurangan polusi yang substansial.
Baca juga: Maskapai India Jadi Pembeli Terbanyak Tipe A320Neo
Keadaan darurat kesehatan masyarakat telah diumumkan di New Delhi, di mana pihak berwenang menghentikan pekerjaan di lokasi konstruksi dan melembagakan kontrol lalu lintas baru yang membatasi jumlah mobil di jalan. Sekolah telah ditutup dan sebagian besar penduduk tinggal di rumah, meskipun pekerja di Delhi tidak punya banyak pilihan selain pergi ke luar.
Namun, langkah-langkah yang diambil di ibukota itu sendiri tidak mungkin memiliki efek besar pada kabut asap, karena sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran tanaman di daerah-daerah sekitar New Delhi, di mana para petani menyalakan api untuk menyingkirkan sisa tanaman dan "tunggul."
Upaya sebelumnya untuk menindak masalah musiman ini. Misalnya, dengan memberi petani peralatan bersubsidi yang berarti mereka tidak harus membakar sisa tanaman, dan tidak berhasil
Dalam pernyataan tertulisnya, pemerintah India mengatakan telah mengerahkan sekitar 300 tim ke New Delhi dan sekitarnya untuk memberlakukan pembatasan dan mengejar petani yang melakukan pembakaran ilegal.
Baca juga: Terkuak! Residu Asap Rokok Mampu Rusak DNA Manusia
Siddharth Singh, seorang penduduk Noida, sebuah kota satelit Delhi, mengatakan bahwa "udara berbau seperti daun terbakar."
"Kehidupan di kabut asap sangat aneh," katanya seperti dilansir dari CNN.
"Banyak orang menderita batuk kering yang terus-menerus dan mata yang gatal. Semuanya kabur, jadi mata tidak fokus pada objek di kejauhan. Semuanya tampak murung."
- Penulis :
- Lilis Varwati