Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Nicolas Maduro Kembali Terpilih sebagai Presiden Venezuela

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Nicolas Maduro Kembali Terpilih sebagai Presiden Venezuela

Pantau.com - Nicolas Maduro kembali terpilih sebagai Presiden Venezule untuk masa jabatan enam tahun ke depan. Namun, saingan utamanya menolak hasil pemilihan tersebut lantaran dianggap ada ketidakberesan besar dalam proses tersebut.

Kemenangan untuk mantan sopir bus berusia 55 tahun yang sebelumnya menggantikan Hugo Chavez setelah kematiannya akibat kanker pada 2013, dapat memicu babak baru sanksi barat terhadap pemerintah sosialis karena bergulat dengan krisis ekonomi.

Untuk diketahui, Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, sempat mengancam Venezuela akan membabat sektor minyak Venezuela yang tengah tersungkur. 

Baca juga: Soal Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem, Maroko Gelar Unjuk Rasa

Dewan pemilihan Venezuela, yang dijalankan oleh loyalis Maduro, mengatakan lawan terdekatnya mantan Gubernur Henri Falcon hanya mendapatkan 1,8 juta suara. Sementara Maduro unggul jauh dengan 5,8 juta suara. 

5,8 juta suara, versus 1,8 juta untuk penantang terdekatnya , mantan gubernur yang pecah dengan boikot oposisi untuk berdiri. "Mereka meremehkan saya," kata Maduro seperti dikutip Pantau.com dari Reuters, Senin (21/5/2018).

Jumlah pemilih pada pemilihan kali ini disampaikan Dewan Pemilihan hanya 46,1 persen, turun dari 80 persen dari yang terdaftar pada pemilihan presiden terakhir pada tahun 2013. Pihak oposisi mengatakan bahwa angka itu meningkat, menempatkan partisipasi pada lebih dekat 30 persen.

"Prosesnya tidak diragukan lagi memiliki legitimasi dan karena itu kami tidak mengenalinya," kata Falcon.

Baca juga: Ini Deretan Selebritis yang Hadir di Royal Wedding Pangeran Harry-Meghan Markle

Kandidat presiden ketiga, pastor evangelis Javier Bertucci, mengikuti Falcon dalam membanting ketidakberesan selama pemungutan suara hari Minggu dan menyerukan pemilihan baru.

Meskipun ketidakpopulerannya atas krisis ekonomi nasional, Maduro mendapat manfaat pada hari Minggu bukan hanya dari boikot oposisi tetapi juga dari larangan dua saingannya yang paling populer dan penggunaan liberal sumber daya negara dalam kampanyenya.

Penghitungannya, bagaimanapun, gagal mencapai 10 juta suara yang dia katakan sepanjang kampanye yang ingin dia menangkan.

Penulis :
Widji Ananta