Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Pasukan Haftar Tingkatkan Serangan di Ibu Kota Libya

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Pasukan Haftar Tingkatkan Serangan di Ibu Kota Libya

Pantau.com - Pasukan Libya Timur pada Senin, 22 April 2019, mengatakan mereka akan meningkatkan serangan terhadap Ibu Kota Libya, Tripoli, di bagian barat negeri tersebut, yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui internasional.

Personel Tentara Nasional Libya atau LNA, yang setia kepada Komanda  Khalifa Haftar, bersekutu dengan pemerintah tandingan di Libya Timur dan telah melancarkan serangan, namun tidak bisa menembus pertahanan di bagian selatan Tripoli. 

Pasukan Tripoli memukul mundur pasukan LNA dalam beberapa hari belakangan ke pinggir selatan Tripoli, Ain Zara, lokasi utama pertemuan, kata wartawan Reuters yang mengunjungi daerah itu.

LNA menyatakan telah melancarkan serangan udara terhadap lokasi militer di ibu kota LIbya. Juru Bicara LNA Ahmed Mismari membantah bahwa pasukan LNA mundur tapi mengatakan gerak maju pasukan LNA melambat akibat padatnya penduduk di daerah tempat pertempuran berkecamuk.

Baca juga: Pasca Tergulingnya Muammar Gaddafi, Haftar Jadi Target Serangan Libya

Ia mengatakan kepada wartawan, LNA mengerahkan prajurit cadangan untuk membuka front baru di Tripoli dan akan menggunakan artileri dan infantri dalam beberapa hari ke depan. 

Suasana pada Senin, 22 April 2019, lebih tenang di front utama di bagian selatan Tripoli; pemboman lebih sedikit dibandingkan beberapa hari sebelumnya, kata warga. Cuaca buruk membuat serangan udara tak mungkin dilancarkan, kata Mismari.

Suara ledakan bom masih terdengar di Tripoli Tengah, 11 kilometer dari garis depan dan asap membubung ke udara dari satu tempat di Tripoli Selatan, kata seorang koresponden Reuters.

Jumlah korban jiwa sejak pertempuran meletus telah mencapai 254, sementara 1.228 orang telah cedera, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih dari 32.000 orang telah kehilangan tempat tinggal, kata badan kemanusiaan PBB itu.

Peningkatan paling akhir pertempuran di Libya, yang telah dinodai oleh kekacauan sejak Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, mengancam bisa mengganggu aliran minyak, menyulut pengungsian di seluruh Laut Tengah menuju Eropa, dan memungkinkan gerilyawan mengeksploitasi kevakuman kekuasaan.

Baca juga: Benarkah Perang di Libya Rangsang Teroris Daesh Kembali Beraksi?

Jika gencatan senjata dicapai sebagaimana dituntut oleh PBB, LNA akan memperoleh banyak wilayah, sebab mereka masih menguasai sebagian besar wilayah di sebelah selatan Tripoli, termasuk satu pangkalan di Gharyan, kota kecil pegunungan sekitar 80 kilometer di selatan Tripoli.

Pertempuran untuk memperebutkan Tripoli telah mencapai puncaknya sejak Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump berbicara dengan Haftar pada awal pekan.

Pengungkapan percakapan itu dan satu pernyataan AS bahwa Washington mengakui peran penting Marsekal Medan Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber minyak Libya telah mendorong pendukung komandan Libya Timur tersebut dan membuat marah lawannya.

Penulis :
Noor Pratiwi