
Pantau.com - Mata uang rand Afrika Selatan jatuh lebih tajam terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (5 September 2018) waktu setempat, memperpanjang penurunan tajam dari sesi sebelumnya, karena ekonomi negara tersebut memasuki resesi.
Pada pukul 07.10 GMT, rand diperdagangkan pada 15,5400 terhadap dolar AS, 1,2 persen lebih lemah dari penutupan pada Selasa (4 September 2018).
Statistik Afrika Selatan mengatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) turun 0,7 persen pada kuartal kedua, setelah mengalami kontraksi 2,6 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Baca juga: Stop Ribut! Kita Bantu Rupiah Menguat dengan 5 Cara Ini Yuk
Pelemahan PDB yang tak terduga pada kuartal terakhir datang sebagai pukulan bagi Presiden Cyril Ramaphosa, yang mencoba untuk menghidupkan kembali ekonomi dan merayu para investor asing.
Angka PDB pada Selasa (4 September 2018) menyebabkan banyak ekonom untuk memangkas perkiraan pertumbuhan setahun penuh mereka untuk Afrika Selatan.
Rand juga telah tertekan oleh suasana "risk-off" (penghindaran risiko) yang telah melanda pasar global di tengah gejolak keuangan di Turki dan Argentina.
Baca juga: Tak Hanya Mobil Sport, Ini Mobil Mewah yang Terdampak Pembatasan Impor
Mata uang negara-negara berkembang lainnya seperti rubel Rusia juga turun terhadap dolar AS pada hari Rabu (5 September 2018).
Di pasar saham, indeks Top-40 turun 0,9 persen pada awal perdagangan, sementara indeks saham-saham yang lebih luas turun 0,8 persen.
Obligasi pemerintah juga tergelincir, dengan imbal hasil (yield) pada instrumen acuan jatuh tempo pada 2026 naik 13 basis poin di 9,340 persen.
- Penulis :
- Nani Suherni