HOME  ⁄  Internasional

Rusia Uji Senjata Nuklir Bawah Laut yang Diklaim Tak Terhentikan

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Rusia Uji Senjata Nuklir Bawah Laut yang Diklaim Tak Terhentikan

Pantau.com - Moskow dilaporkan telah memulai pengujian senjata nuklir bawah air yang telah diklaim tidak terkalahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Poseidon, yang sebelumnya dikenal sebagai Status-6 Oceanic Multipurpose System dan konvensi yang dijuluki oleh aliansi barat militer pemimpin NATO, merupakan seni drone nuklir yang sedang dikembangkan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Menguntip sumber industri pertahanan, kantor berita Rusia TASS melaporkan pada Selasa (25 Desember 2018) Angkatan Laut Rusia telah menguji coba senjata tersebut di laut.

"Di daerah laut yang dilindungi, yang memiliki potensi pengintaian oleh musuh, uji coba bawah laut nuklir propulsi unit Poseidon sedang dilakukan," kata kantor berita resmi TASS.

Baca juga: Kaca Mata Militer: Adu Tua, Adu Kelas Tu-160 Rusia vs B52 Bomber AS

Kekuatanan Poseidon belum diungkapkan, tapi keberadaannya telah diklaim menjadi lingkaran pertahanan selama bertahun-tahun. Putin mengklaim keberadaan senjata tersebut mampu menggagalkan sistem pertahanan paling modern dan dilengkapi banyak hulu ledak nuklir.

Pada saat yang sama, ia juga mengatakan bahwa Rusia telah menyelesaikan pengembangan inovatif tenaga nuklir yang memiliki unit 100 kali lebih kecil dari reaktor kapal selam yang ada, tapi masih lebih kuat dan mampu mencapai kapasitas maksimum 200 kali lebih cepat dalam membawa persenjataan nuklir besar.

"Kami telah mengembangkan kendaraan submersible tak berawak yang dapat bergerak di kedalaman ekstrem dengan kecepatan berkali-kali lebih tinggi daripada kecepatan kapal selam, dengan torpedo mutakhir dari semua jenis kapal, termasuk beberapa kapal tercepat," kata Putin kepada Majelis Federal pada Maret lalu, seperti dilansir Newsweek, Kamis (27/12/2018).

Sejumlah laporan menyatakan bahwa senjata tersebut mungkin mampu menghasilkan tsunami besar-besaran, radioaktif yang menimbulkan ancaman untuk kota-kota besar. Beberapa ahli juga telah memperkuat teori itu, meskipun mereka masih mempertanyakan efektivitas strategi taktis tersebut.

Baca juga: Rusia Wujudkan Pesawat Ultra dengan Penerbangan 3 Jam ke ISS dalam 18 Bulan

Rusia telah membentuk strategis gudang senjata modern dan konvensional dalam menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh militer AS dan pengembangan perisai rudal global ketika Washington menarik diri dari Perjanjian Anti Balistik Rudal (ABM) pada 2001. 

Sejak saat itu, Trump telah mengancam akan menarik diri dari Perjanjian jarak menengah kekuatan nuklir (INF) dan melarang sistem darat mulai dari 310 hingga 3.400 mil, sementara itu Moskow telah mengkalim bahwa administrasi Trump tidak memulai pembicaraan mengenai pembaruan New Strategic Arms Reduction Treaty (START).

Penulis :
Noor Pratiwi