
Pantau.com - Budayawan sekaligus Sejarawan Taufik Ismail ikut buka suara terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Taufik membenarkan bahwa PKI memang telah lama mati di Indonesia.
Namun ideologi dan paham PKI masih melekat erat di dalam hati keturunan komunis dan melahirkan Komunis Gaya Baru (KGB).
"PKI memang namanya tidak ada, tapi namanya komunis gaya baru (KGB). PKI melancarkan dendam dari Komunis Gaya Baru, PKI yang bangkit," ujar Taufik sambil berorasi dihadapan para peserta diskusi di Hotel Sahid, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (6/3/2018).
Baca juga: Panitia dan Peserta Nyaris Bentrok, Acara Diskusi PKI Berakhir Ricuh
Pria berusia 82 tahun kemudian bercerita bagaimana ideologi paham komunis yang berniat menguasai dunia. Namun gagal, lantaran pada 1991 puluhan negara yang menganut paham tersebut runtuh satu per satu. "Dunia waktu itu gempar tahun 1991, seperti domino, 24 negara komunis itu jatuh, 4 masih bertahan, Kuba, Cina, Korut, Kamboja," ujar pria kelahiran 1935 itu.
Mantan Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) itu, juga menjelaskan hasil risetnya yang berhasil membuat para peserta diskusi terkagum, dimana Taufik menjelaskan angka kematian fantastis yang disebabkan oleh paham komunis.
"74 tahun membunuhi 170 juta manusia, artinya setiap hari mereka membantai 4500 orang, dari matahari terbit sampe matahari terbit lagi di 24 negara," papar penulis buku tersebut.
Baca juga: Panas! Kivlan Zein Sebut Nama Kader PDI-P Keturunan PKI
Bahkan pria kelahiran Bukittinggi itu juga memaparkan lebih jauh bagaimana PKI memiliki kiat-kiat khusus dalam pengkaderan para anggotanya, yang disebutkan Taufik berjumlah 17 butir.
"Dalam latihan kader itu ada 17 subject yang diajarkan, dilatih. memutarbalikkan fakta, memasukkan dokumen, fitnah, memeras, menipu, menghasut, menyuap, mengintimidasi, bersikap keras, membenci, mencaci maki, menyiksa, memperkosa, membakar, membunuh dan membantai," tutur mantan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) tersebut.
"Yang tidak masuk akal itu, mereka acaranya cara mengubah, membunuh itu satu, membantai itu banyak, caranya diajarkan dalam kursus partai mereka," tambahnya.
- Penulis :
- Dera Endah Nirani










