HOME  ⁄  Internasional

Sebut Presiden Bashar Teroris, Erdogan Malah Pertahankan Komunikasi dengan Suriah

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Sebut Presiden Bashar Teroris, Erdogan Malah Pertahankan Komunikasi dengan Suriah

Pantau.com - Turki mempertahankan komunikasi dengan pemerintah Suriah. Hal itu disampaikan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (3 Februari 2019) waktu setempat. Meski, pihaknya mendukung gerilyawan yang telah bertahun-tahun berperang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Erdogan menggambarkan Bashar sebagai "seorang teroris" dan dalam delapan tahun konflik Suriah dia telah beberapa kali mengatakan bahwa pemimpin Suriah itu harus mundur.

Baca juga: Turki: Negara yang Mengakui Guaido sebagai Presiden Sementara Picu Krisis Venezuela

Tapi, dengan dukungan dari Rusia dan Iran, Bashar berhasil merebut sebagian besar wilayah Suriah dari tangan gerilyawan, dan memukul mundur kelompok gerilyawan dari sebagian besar bekas benteng mereka.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Desember mengatakan bahwa Turki dan negara-negara lain akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Bashar jika dia menang dalam pemilihan umum yang demokratis. Dia juga mengatakan bahwa Ankara bulan lalu melakukan kontak tidak langsung dengan Damaskus melalui Rusia dan Iran.

"Kebijakan luar negeri dengan Suriah berlanjut di tingkat rendah," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan stasiun penyiaran TRT. Dia menambahkan bahwa dinas intelijen beroperasi dengan cara yang berbeda dari para pemimpin politik.

"Para pemimpin bisa saja tidak berhubungan. Tapi satuan-satuan intelijen dapat berkomunikasi untuk kepentingan mereka. Bahkan jika Anda bermusuhan, Anda tidak boleh memutuskan hubungan. Anda akan membutuhkannya nanti," kata Erdogan.

Baca juga: Perkuat Wilayah Perbatasan AS-Meksiko, Pentagon Kembali Kirim 3.700 Pasukan

AS sebelumnya mengatakan bahwa zona aman yang mereka ajukan dapat meredakan kekhawatiran Turki karena mencegah adanya ancaman lintas perbatasan dari gerilyawan Kurdi YGP di Suriah Utara. Zona aman itu juga mencegah operasi militer Turki terhadap YPG.

Pada Desember, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan pengumuman dadakan mengenai niatnya untuk menarik 2.000 tentara AS dari Suriah.

Upaya itu menuai keberatan dari para penasehat tingginya termasuk Menteri Pertahanan Jim Mattis yang mengundurkan diri sebagai bentuk protest. Salah satu kekhawatiran utama atas keputusan Trump tersebut adalah nasib YGP bila pasukan AS mundur.
Penulis :
Widji Ananta

Terpopuler