
Pantau.com - Meski sudah lebih dulu populer di luar negeri, peremajaan vagina baru-baru ini saja mulai tren di dalam negeri. Indonesia memang cenderung tertinggal karena orang masih menganggap peremajaan vagina adalah hal tabu untuk dilakukan.
Baca juga: Ditanya Soal Hubungan Sex dengan 800 Wanita, Ini Jawaban John Mayer
Dokter spesialis treatmen peremajaan vagina Dokter Ni Komang Yeni Dhanasari tidak setuju jika peremajaan vagina dikatakan sebagai sebuah tren, menurutnya perawatan ini lebih kepada kebutuhan.
Kebutuhan yang dimaksud sering kali jika si wanita mengalami masalah secara langsung dikehidupannya karena masalah organ reproduksi, khususnya dalam kebutuhan seks suami istri.
"Penting bagi perempuan yang mengalami trauma fisik, selaput dara rusak, karena ingin punya pasangan kembali seperti perawan. Hilangnya sensasi sensual selama usai kelahiran, pada orang-orang kanker, karena hormonal heterogennya sudah berganti," ungkap Yeni dalam acara Seminar Media 'Peremajaan Vagina' di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2018).
Kerusakan selaput dara sendiri seiring diindikasikan karena telah melakukan seks, padahal itu tidak selalu. Bisa saja rusaknya selaput dara karena tidak sengaja, seperti saat vagina tertendang saat taekwondo, trauma karena diperkosa, dan sebagainya.
Perlu diingat pula kata Yeni, sebagai dokter ia harus lebih dulu melakukan berbagai sesi konsultasi tanya jawab untuk mencari pokok masalah.
Sementara itu untuk suami istri berumah tangga, biasanya ditemukan kendala permasalahan seks yang jika tidak segera diatasi akan mengarah kepada biduk perceraian. Beruntungnya metode ini dapat membantu merangsang area kewanitaan lebih sensitif sehingga membuat dengan mudahnya menemukan orgasme.
"Pasca terapi peremajaan vagina, banyak wanita yang merasa telah mengalami perubahan ke arah baik terutama meningkatkan kualitas orgasme dan mampu kembali merasakan sensasi seksual, karenanya rasa percaya diri dan kualitas hidup wanita meningkat," tutur Yeni.
Anggapan soal metode peremejaan vagina tidak berdasarkan penelitian itu salah, karena faktanya pada 2016 lalu telah banyak diteliti diluar negeri. Sayangnya di Indonesia belum ada satupun.
Sedangkan kisaran umur, metode ini tidak memiliki batasan bahkan bagi wanita menopause sekalipun, sedikit banyak bisa dibantu.
Baca juga: Ben Affleck Kencani Bintang Playboy Shauna Sexton
Metodenya meliputi dua aspek yakni non invasive atau tanpa proses operasi hanya sekedar menggunakan frekuensi radio, metode kedua yaitu semi invasive atau menggunakan alat laser.
Kedua metode itu efektif merangsang dan mengembalikan sensitivitas vagina saat berhubungan seks, tapi jika sudah kepada perbaikan posisi dan dalaman vagina maka metode invasive atau operasi diperlukan untuk membenarkan posisi vagina yang tidak seharusnya.
- Penulis :
- Gilang