Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Survei: Aplikasi Gojek Rentan Kecurangan, Kamu Pasti Pernah Kena!

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Survei: Aplikasi Gojek Rentan Kecurangan, Kamu Pasti Pernah Kena!

Pantau.com - Perusahaan riset Jepang, Spire Research and Consulting mengungkapkan hasil survei kualitatif terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung pada November-Desember 2018. 

Salah satunya yakni, terkait kecurangan yang dilakukan oleh mitra pengemudi di dua perusahaan penyedia jasa transportasi online, yakni Gojek dan Grab.

Konsultan Spire Research and Consulting Andhika Irawan Saputra mencatat, tingkat kecurangan yang dilakukan oleh pengemudi Gojek tercatat 30 persen dari total pesanan. Sementara untuk Grab tercatat 5 persen dari total pesanan.

"Perhitungan kita tingkat kecurangan ini di level 5 - 30 persen, yang kita hitung Grab lebih rendah dari 5 persen dan Gojek yang lebih tinggi mencapai 30 persen. Ini cukup tinggi," ujarnya saat menggelar jumpa pers di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Rabu (30/1/2019).

Baca juga: Piknik ke Singapura dan Vietnam, Aplikasi Gojek Bisa Langsung Dipakai?

Andhika mengungkapkan, aplikasi Gojek dinilai lebih banyak terjadi kecurangan karena aplikasinya rentan untuk menjadi target Kecurangan.

"Gojek mudah diakali karena ada aplikasinya," katanya.

Misalnya kata dia, adanya modifikasi aplikasi hingga menjadi Mitra prioritas dengan bekerja sama dengan pihak ketiga. Berdasarkan hasil survei tersebut kata dia modifikasi aplikasi ini dilakukan secara ilegal. Dampaknya, aplikasi ini membuat pengemudi lebih mudah mendapatkan pelanggan. 

"Modifikasi aplikasi, ditambahin supaya dia duluan yang dapat order, akhirnya dapat bonus penghasilan tambahan, dipasangin ilegal suapay order banyak dan cepat," katanya. 

Baca juga: Komplen Tarif Gojek? Ini Penjelasan dari Pengelola

"Juga jadi driver prioritas, bisa dapat duluan. Ini kalau diinstal bisa diakali," imbuhnya.

Selain itu kata dia, aplikasi yang banyak digunakan juga yakni fake GPS. Aplikasi ini membuat driver terdeteksi tepat di suatu lokasi meski sebetulnya driver sedang berada di lokasi lain.

"Fake GPS. Misal saya di Thamrin daripada driver ngumpul semua disana, jadi pakai fake GPS. Sehingga kesempatan lebih tinggi karena titik lokasi saya (driver) disana," katanya. 

Baca juga: Gojek Bakal Mengaspal di Vietnam dan Thailand

Sementara kecurangan lainnya yakni dilakukan oleh dua aplikasi ini baik Grab maupun Gojek, yakni mark up atau menaikkan harga untuk layanan.

"Mark up juga (dilakukan), kalau naik sebetulnya Rp6.000 saat dibayar pakai Gopay, dibayarnya jadi Rp16.000, khususnya untuk makanan misal harusnya Rp30.000, lalu jadi Rp45.000, Lebih banyak di markup driver," ungkapnya.

Selain itu kecurangan yang masih marak terjadi di kedua platform ini yakni order fiktif atau opik.

"Order fiktif saling order-orderan satu sama lain, ini bukan hal baru ya," katanya. 

Penulis :
Nani Suherni