
Pantau.com - Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbarunya tentang pergeseran dukungan Pilpres di 6 kantong suara.
Hasilnya, dalam kurun waktu 5 bulan dukungan suara emak-emak ke Prabowo-Sandiaga trennya menurun. Alasan program yang ditawarkan tak jelas menjadi faktornya.
"Dalam kurun waktu 5 bulan, dukungan atas Prabowo-Sandi sedikit menurun di kalangan pemilih emak-emak," ujar Peneliti Senior LSI Denny JA Adjie Alfarady di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Jika dirinci, terhitung sejak bulan Agustus 2018 pemilih emak-emak memilih pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 30 persen. Kemudian pada bulan berikutnya yakni September 2018 Prabowo-Sandiaga memperoleh dukungan emak-emak sebanyak 27,0 persen.
Baca juga: Survei: Kalangan Terpelajar Lebih Pilih Prabowo-Sandi daripada Jokowi-Ma'ruf
Lanjut pada bulan Oktober 2018 dukungan emak-emak kepada pasangan Prabowo-Sandi turun menjadi diangka 25,2 persen. Lalu pada bulan Novemver 2018 angkanya naik kembali menjadi diangka 34,3 persen.
Pada bulan Desember 2018 emak-emak mendukung Prabowo-Sandi turun menjadi angka 26,8 persen. Kemudian survei terakhir pada bulan Januari 2019 ini angkanya menjadi 27,8 persen.
Sementara untuk survei terbaru LSI Denny JA ini menurut Adjie, pasangan Prabowo-Sandiaga kalah telak dari pasangan Jokowi-Ma'ruf dalam hal pemilih emak-emak.
"Dukungan terhadap pemilih emak-emak mencapai 57,0 persen. Sementara dukungan terhadap pasangan Prabowo-Sandi di pemilih emak-emak sebesar 27,8 persen," ujar Adjie.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Masih Ungguli Prabowo-Sandi Pasca Debat
Untuk alasannya sendiri, Adjie menilai bahwa program yang ditawarkan Prabowo-Sandiaga kepada emak-emak masih klise. Akhirnya karena pemilih emak-emak melihat program paslon 02 masih belum kelihatan maka pilihannya jatuh ke calon petahan kembali.
"Program apa yang mereka janjikan ini kan belum kelihatan. belum, orang oke lah mereka ngomong. Yaitu bedanya penantang sama petahana mereka ngomong bahwa mereka akan ini tapi kan bagi pemilih ketika penantang ngomong itu program yang jelas aja orang maaih berpikir soal petahana ya incumbent yang sudah lima tahun berkerja. Apalagi misalnya programnya belum terlalu jelas untuk pemilih emak-emak ini ya," ungkapnya.
"Apasih programnya yang konkret. narasi konkret program secara umum itu belum ada gaung nya di pemilih sehingga itu orang melihat sebagai simbol kampanye sebagai gimmick kampanye," tandasnya.
Sekadar informasi survei dilakukan pada tanggal 18-25 Januari 2019. Survei tersebut melibatkan 1200 responden di 34 provinsi. Metode yang digunakan yaitu multistage random sampling dengan margin of error 2,8 persen.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi