
Pantau.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyebut rencana pemindahan ibu kota hanya omong kosong Presiden Joko Widodo. Menurutnya, rencana itu justru sekadar pengalihan isu.
"Saya kira wacana isapan jempol saja. Saya kira untuk mengalihkan isu. Dulu juga begitu 4 tahun, 5 tahun lalu kemudian redam sendiri. Sudah lah ini hanya omong kosong dari Presiden Jokowi," kata Fadli di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (1/5/2019).
Fadli mengatakan perlu ada perencanaan khusus untuk menyusun perpindahan tersebut. Bahkan Fadli mengajak Pemerintah duduk bersama untuk membuat perencanaan yang matang. "Perlu perencanaan bukan asal ngomong. Kalau ini kan asal ngecap aja. Kalau mau pindahkan ibu kota ayo duduk rencanakan dengan matang bukan lontaran tiba saat, tiba akan," katanya.
Baca juga: Soal Pindah Ibu Kota Negara, Gerindra: Jangan Cuma Pengalihan Isu!
Sebelumnya dalam rapat terbatas bertopik "Tindak Lanjut Rencana Pemindahan Ibu Kota, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro memaparkan kajian Bappenas mengenai pemindahan ibu kota pemerintahan.
Dalam paparannya, Bambang menjelaskan kriteria penetapan lokasi wilayah untuk ibu kota pemerintahan yakni memperhitungkan letak geografis yang berada di tengah-tengah Indonesia sebagai wujud Indonesiasentris.
Kota tersebut harus sudah berstatus kota kelas menengah yang memiliki sarana infrastruktur jalan yang memadai, bandara, dan tidak jauh dari jalur perairan serta telah memiliki sanitasi air dan jaringan listrik, serta komunikasi.
Dia juga mengungkap keadaan di DKI Jakarta yang tidak lagi mampu menampung pengembangan ibu kota pemerintahan.
Baca juga: Ditanya Soal Pemindahan Ibu Kota, Jokowi Sebut Wilayah Ini
Sejumlah aspek yang disoroti antara lain kemacetan yang diestimasi merugikan perekonomian dengan jumlah Rp100 triliun pada 2019, banjir yang disebabkan hujan di hulu dan penurunan tanah di pantai utara dimana 50 persen wilayah Jakarta berkategori rawan banjir.
Selain itu, kualitas air sungai di Jakarta 96 persen berkondisi tercemar berat sehingga memiliki bahaya signifikan karena sanitasi yang buruk.
"Karenanya kita ingin punya ibu kota baru. Selain mencerminkan identitas Indonesia, juga menjadi kota modern, berkelas internasional, atau dengan istilah 'smart, green, and beautiful city'," jelas Bambang.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi