
Pantau.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memaparkan dampak kenaikkan harga bahan bakar pesawat atau aviation turbine (avtur) cukup berpengaruh terhadap pembiyaan perusahaan. Terutama dibarengi dengan depresiasi rupiah yang terjadi.
Sementara pihaknya mencatat jumlah penjualan masih lebih besar di rute dalam negeri sebesar 65 persen sedangkan pembiayaan perusahaan yang menggunakan dolar atau euro sebesar 70 persen.
"Kalau rupiah menguat bahwa 65 persen pendapatan kita itu adalah di penjualan dalam negeri jadi kalau rupiah itu tentunya menguat itu akan membantu," ujarnya saat jumpa pers di Gedung Garuda, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).
Baca juga: Ini Deretan Maskapai Kelas Bisnis Terbaik, Garuda Indonesia Urutan Berapa?
"Kalau kita keluarkan pengaruh rupiah, total revenue kita harusnya tumbuh sekitar 12 persen," imbuhnya.
Untuk menanggulangi hal tersebut pihaknya mengaku akan meningkatkan rute internasional sambil meningkatkan tingkat penggunaan pesawat.
"Kalau kita lihat jumlah produksi kita dalam 2 tahun ini dengan adanya fuel meningkat dan rupiah depresiasi, itu rencana produksi kita berubah, tetep ekspansi kita yang terbesar itu di rute internasional tahun ini dan mungkin tahun depan, sambil kita tingkatkan juga utilisasi pesawat kita," ungkapnya.
Selain itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Garuda Helmi Imam Satriyono mengatakan upaya lainnya yakni dengan melakukan lindung nilai (hedging).
"Kita akan tambahkan rasio hedgingnya sampai 50 persen," katanya.
- Penulis :
- Nani Suherni