
Pantau – Anggota Komisi VI DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu, memberikan dukungan terhadap langkah transformasi yang dilakukan oleh direksi baru Garuda Indonesia, setelah pengangkatan direksi melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025.
Tantangan yang Dihadapi Direksi Baru
Tetty mengakui bahwa direksi baru Garuda Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama karena perusahaan masih mengalami tekanan keuangan yang signifikan. Pada semester pertama tahun 2025, Garuda mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp2,33 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan biaya avtur dan penurunan pendapatan.
"Tantangan besar ada di depan mata, terutama dalam memperbaiki kinerja keuangan dan operasional Garuda," ungkap Tetty, menyoroti pentingnya langkah-langkah transformasi yang harus diambil untuk mengembalikan stabilitas perusahaan.
Pemulihan Armada sebagai Prioritas
Salah satu prioritas yang ditekankan oleh Tetty adalah pemulihan armada pesawat. Saat ini, Garuda hanya memiliki 58 unit pesawat yang dalam kondisi serviceable dari 78 pesawat yang dioperasikan. Pemulihan armada menjadi langkah penting untuk meningkatkan kapasitas operasional perusahaan dan memulihkan pendapatan.
"Pemulihan armada pesawat menjadi kunci untuk memperkuat operasional dan meningkatkan daya saing Garuda di pasar penerbangan," tambahnya.
Masalah Rute Tumpang Tindih
Tetty juga menyoroti masalah internal Garuda, terutama terkait dengan tumpang tindih rute penerbangan antara Garuda, Citilink, dan Pelita Air. Masalah ini bisa merugikan perusahaan jika tidak segera ditangani. "Harmonisasi rute sangat penting untuk menghindari persaingan internal yang merugikan dan memastikan efisiensi operasional," kata Tetty.
Perombakan Direksi Garuda Indonesia
Sebagai bagian dari upaya mempercepat transformasi kinerja, Garuda Indonesia telah melakukan perombakan jajaran direksi melalui RUPSLB. Beberapa posisi direksi baru yang diangkat termasuk Direktur Human Capital & Corporate Service, Direktur Niaga, Direktur Operasi, dan Direktur Teknik.
"Perombakan direksi ini diharapkan dapat memperkuat manajemen Garuda dan mempercepat pemulihan kinerja perusahaan," ujar Tetty.
Pemberhentian Direksi Lama
Dalam perombakan tersebut, beberapa direksi lama diberhentikan dengan hormat, termasuk Direktur Human Capital & Corporate Service, Direktur Niaga, dan Direktur Operasi yang sebelumnya menjabat.
Langkah yang Diperlukan untuk Ekosistem Penerbangan yang Sehat
Tetty mengingatkan bahwa selain pemulihan armada, integrasi dan penataan rute penerbangan yang efisien sangat penting untuk menciptakan ekosistem penerbangan yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia. "Penting bagi Garuda untuk memiliki sistem rute yang terkoordinasi dengan baik untuk menghindari kerugian dan meningkatkan daya saing di pasar global," katanya.
Dengan dukungan penuh terhadap langkah-langkah yang telah diambil oleh direksi baru Garuda, Tetty berharap perusahaan dapat segera bangkit dari tantangan yang dihadapi dan kembali berkontribusi pada ekonomi Indonesia.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







