
Pantau - Hanya dalam kurun waktu satu tahun, Low Tuck Kwong jadi orang Indonesia yang hartanya paling melesat. Kini ia menempati posisi nomor dua terkaya di Indonesia, persis di bawah Hartono bersaudara.
Kenaikan harga batu bara dalam setahun terakhir telah mengubah nilai kekayaan para taipan tersebut. Low Tuck Kwong yang berbisnis di sektor batubara terus mendapatkan cuan beberapa waktu terakhir.
Melansir dari Forbes Real Time Billionaire, Rabu (14/12/2022), harta kekayaan yang dimiliki Low Tuck Kwong saat ini sebesar US$ 18,3 miliar atau sekitar Rp 282,36 triliun (kurs Rp 15.600/dolar AS).
Padahal sebelumnya dalam catatan Forbes, dirinya ditaksir memiliki kekayaan sebesar US$ 1,1 miliar (Rp 17,16 triliun). Dari sana terlihat bahwa dalam setahun terakhir harta kekayaan yang dimilikinya meningkat sangat tinggi hingga US$ 17 miliar (Rp 265,2 triliun).
Kekayaan Low Tuck Kwong memang melaju sangat tinggi berkat kenaikan harga batubara. Kondisi ini membuat saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dia kendalikan melesat tinggi.
Diketahui bahwa sejauh ini posisi puncak orang terkaya di Indonesia masih dipegang Hartono bersaudara. Pemilik Grup Djarum ini masih belum tergeser di posisi nomor satu dan nomor dua terkaya di tanah air.
Adapun gelar sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes ini sudah mereka duduki selama 14 tahun dengan nilai kekayaan Rudi Budi Hartono sebesar US$ 22,4 miliar atau setara Rp 349,44 triliun.
Sementara saudaranya Michael Hartono sebesar US$ 21,6 miliar atau setara Rp 336,96 triliun. Dengan demikian harta kekayaan kakak beradik ini mencapai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 686,4.
Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batu bara. Pria berusia 74 tahun ini merupakan pendiri Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.
Menurut catatan Bursa Efek Indonesia, saat ini Low Tuck Kwong merupakan pemegang saham sebanyak PT Bayan Resources atau BYAN sebesar 61 persen atau 2.033,2 unit saham.
Low Tuck Kwong lahir di Singapura pada tanggal 17 April 1948. Ayahnya adalah David Low Nyi Ngo, pemilik dan direktur dari perusahaan konstruksi di Singapura.
Low sudah bekerja untuk perusahan konstruksi ayahnya di Singapura. Kemudian pada tahun 1972, ia memutuskan untuk pindah ke Indonesia untuk mendapatkan kesempatan yang lebih besar.
Setahun kemudian, ia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yang bergerak di bidang konstruksi. JSI kemudian menjadi pelopor konstruksi pondasi tumpuk (pile foundation) yang kompleks.
Pada 1988, JSI berekspansi ke bisnis penambangan batubara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka.
Tahun 1992, Low Tuck Kwong memutuskan berganti kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) Penghasilannya meningkat pada tahun 1997 setelah ia membeli tambang batubara pertamanya melalui PT Gunungbayan Pratamacoal yang saat ini dikenal Bayan Resources.
Melalui PT. Dermaga Perkasapratama, ia juga mengoperasikan sebuah terminal batubara di Balikpapan pada tahun 1998. Di luar bisnis batu bara, Low Tuck Kwong juga menjadi pengendali perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy.
Sebelumnya, perusahaan itu dikenal sebagai Manhattan Resources. Low mendukung SEAX Global, yang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Low Tuck Kwong Low Tuck Kwong juga pernah memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Satu di antaranya di Universitas Indonesia (UI).
Low Tuck Kwong melalui Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), mendonasikan Rp 50 miliar untuk beasiswa UI. Dana pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan (BOP). BOP merupakan komponen biaya untuk keperluan operasional penyelenggaraan kegiatan tri dharma perguruan tinggi.
Kenaikan harga batu bara dalam setahun terakhir telah mengubah nilai kekayaan para taipan tersebut. Low Tuck Kwong yang berbisnis di sektor batubara terus mendapatkan cuan beberapa waktu terakhir.
Melansir dari Forbes Real Time Billionaire, Rabu (14/12/2022), harta kekayaan yang dimiliki Low Tuck Kwong saat ini sebesar US$ 18,3 miliar atau sekitar Rp 282,36 triliun (kurs Rp 15.600/dolar AS).
Padahal sebelumnya dalam catatan Forbes, dirinya ditaksir memiliki kekayaan sebesar US$ 1,1 miliar (Rp 17,16 triliun). Dari sana terlihat bahwa dalam setahun terakhir harta kekayaan yang dimilikinya meningkat sangat tinggi hingga US$ 17 miliar (Rp 265,2 triliun).
Kekayaan Low Tuck Kwong memang melaju sangat tinggi berkat kenaikan harga batubara. Kondisi ini membuat saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dia kendalikan melesat tinggi.
Diketahui bahwa sejauh ini posisi puncak orang terkaya di Indonesia masih dipegang Hartono bersaudara. Pemilik Grup Djarum ini masih belum tergeser di posisi nomor satu dan nomor dua terkaya di tanah air.
Adapun gelar sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes ini sudah mereka duduki selama 14 tahun dengan nilai kekayaan Rudi Budi Hartono sebesar US$ 22,4 miliar atau setara Rp 349,44 triliun.
Sementara saudaranya Michael Hartono sebesar US$ 21,6 miliar atau setara Rp 336,96 triliun. Dengan demikian harta kekayaan kakak beradik ini mencapai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 686,4.
Profil Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batu bara. Pria berusia 74 tahun ini merupakan pendiri Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.
Menurut catatan Bursa Efek Indonesia, saat ini Low Tuck Kwong merupakan pemegang saham sebanyak PT Bayan Resources atau BYAN sebesar 61 persen atau 2.033,2 unit saham.
Low Tuck Kwong lahir di Singapura pada tanggal 17 April 1948. Ayahnya adalah David Low Nyi Ngo, pemilik dan direktur dari perusahaan konstruksi di Singapura.
Low sudah bekerja untuk perusahan konstruksi ayahnya di Singapura. Kemudian pada tahun 1972, ia memutuskan untuk pindah ke Indonesia untuk mendapatkan kesempatan yang lebih besar.
Setahun kemudian, ia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yang bergerak di bidang konstruksi. JSI kemudian menjadi pelopor konstruksi pondasi tumpuk (pile foundation) yang kompleks.
Pada 1988, JSI berekspansi ke bisnis penambangan batubara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka.
Tahun 1992, Low Tuck Kwong memutuskan berganti kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) Penghasilannya meningkat pada tahun 1997 setelah ia membeli tambang batubara pertamanya melalui PT Gunungbayan Pratamacoal yang saat ini dikenal Bayan Resources.
Melalui PT. Dermaga Perkasapratama, ia juga mengoperasikan sebuah terminal batubara di Balikpapan pada tahun 1998. Di luar bisnis batu bara, Low Tuck Kwong juga menjadi pengendali perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy.
Sebelumnya, perusahaan itu dikenal sebagai Manhattan Resources. Low mendukung SEAX Global, yang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Low Tuck Kwong Low Tuck Kwong juga pernah memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Satu di antaranya di Universitas Indonesia (UI).
Low Tuck Kwong melalui Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), mendonasikan Rp 50 miliar untuk beasiswa UI. Dana pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan (BOP). BOP merupakan komponen biaya untuk keperluan operasional penyelenggaraan kegiatan tri dharma perguruan tinggi.
- Penulis :
- Fadly Zikry