
Pantau.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, bergerak melemah sebesar 66 poin menjadi Rp13.745 per dolar Amerika, Rabu (28/2/2018).
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan Bank Sentral Amerika The Fed yang memberikan sinyal untuk menaikan suku bunganya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret nanti membuat permintaan dolar Amerika meningkat.
"Sentimen The Fed membuat minat investor terhadap aset mata uang berisiko, termasuk rupiah menurun. Akibatnya dolar Amerika mengalami apresiasi," kata Ariston.
Baca juga: Lagi, Rupiah Mengalami Pelemahan Terhadap Dolar Amerika
Ia mengatakan pelemahan sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah juga merupakan dampak data makroekonomi Tiongkok. Pasalnya, aktivitas sektor manufaktur dan nonmanufaktur pada Februari di bawah estimasi.
Sementara itu Analis Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan mengatakan, Bank Indonesia (BI) yang melakukan penjagaan di pasar membuat fluktuasi nilai tukar rupiah relatif masih kondusif.
"Rupiah masih kondusif, diperkirakan pelemahannya hanya jangka pendek karena bukan dipicu kondisi fundamental ekonomi kita, ekonomi kita masih kondusif. Bank Indonesia juga melakukan penjagaan di pasar," katanya.
Baca juga: Wow! Kain Ibu Iriana Jokowi Rp500 Ribu, Ehhhh.. Ditebus Rp19 Juta
Menurut dia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2018 yang tercatat USD131,98 miliar dinilai mampu untuk meredam kekhawatiran pasar terhadap tekanan yang datang dari eksternal.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (28/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.707 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.650 per dolar Amerika.
- Penulis :
- Martina Prianti








