
Pantau - Arus modal masuk alias capital inflow di pasar keuangan ditengarai jadi amunisi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan Senin (19/6/2023) pagi. Ini terutama lantaran capital inflow di pasar saham.
“Ini lebih dipengaruhi faktor domestik, yaitu capital inflow di pasar keuangan terutama pada bursa saham,” kata Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova kepada Antara di Jakarta, Senin (19/6/2023).
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (19/6/2023) pagi menguat tipis 0,09 persen atau 14 poin menjadi Rp14.940 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.954 per dolar AS.
Pelaku pasar, sambung dia, mengamati penurunan dolar secara keseluruhan sepekan terakhir setelah kebijakan suku bunga The Fed yang tidak naik. “Tetapi, prospek suku bunga The Fed masih tinggi yang diikuti oleh pernyataan The Fed yang hawkish tentang suku bunga," ujar dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskankan, meninjau dari faktor eksternal, ekspektasi inflasi AS yang menurun berdasarkan survei juga meningkatkan selera risiko pada emerging market. "Namun pernyataan pejabat The Fed yang hawkish dapat menahan penguatan Rupiah ke depan," ucapnya.
Di lain sisi, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra justru melihat rupiah yang berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS. Ini mengikuti pelemahan yang terjadi pada mata uang regional lainnya dan pergerakan negatif indeks saham Asia pagi ini.
"Sikap Bank Sentral AS yang masih menginginkan kenaikan suku bunga acuan untuk menekan inflasi di AS menjadi faktor penekan rupiah dan nilai tukar regional lainnya terhadap dolar AS," ungkap Ariston.
Selain itu, pasar juga mewaspadai pelambatan ekonomi yang terjadi di China dan Eropa. Hal ini dinilai mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan bisa menekan rupiah pagi ini.
"Rupiah berpotensi melemah ke area Rp15.000 (per dolar AS) dengan potensi support di Rp14900 (per dolar AS) hari ini," imbuh Ariston.
“Ini lebih dipengaruhi faktor domestik, yaitu capital inflow di pasar keuangan terutama pada bursa saham,” kata Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova kepada Antara di Jakarta, Senin (19/6/2023).
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (19/6/2023) pagi menguat tipis 0,09 persen atau 14 poin menjadi Rp14.940 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.954 per dolar AS.
Pelaku pasar, sambung dia, mengamati penurunan dolar secara keseluruhan sepekan terakhir setelah kebijakan suku bunga The Fed yang tidak naik. “Tetapi, prospek suku bunga The Fed masih tinggi yang diikuti oleh pernyataan The Fed yang hawkish tentang suku bunga," ujar dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskankan, meninjau dari faktor eksternal, ekspektasi inflasi AS yang menurun berdasarkan survei juga meningkatkan selera risiko pada emerging market. "Namun pernyataan pejabat The Fed yang hawkish dapat menahan penguatan Rupiah ke depan," ucapnya.
Di lain sisi, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra justru melihat rupiah yang berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS. Ini mengikuti pelemahan yang terjadi pada mata uang regional lainnya dan pergerakan negatif indeks saham Asia pagi ini.
"Sikap Bank Sentral AS yang masih menginginkan kenaikan suku bunga acuan untuk menekan inflasi di AS menjadi faktor penekan rupiah dan nilai tukar regional lainnya terhadap dolar AS," ungkap Ariston.
Selain itu, pasar juga mewaspadai pelambatan ekonomi yang terjadi di China dan Eropa. Hal ini dinilai mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan bisa menekan rupiah pagi ini.
"Rupiah berpotensi melemah ke area Rp15.000 (per dolar AS) dengan potensi support di Rp14900 (per dolar AS) hari ini," imbuh Ariston.
- Penulis :
- Ahmad Munjin