
Pantau - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut, wacana impor beras dari Kamboja belum pasti.
Menurutnya, Bulog masih melakukan penjajakan dan belum ada kesepakatan dengan negara tersebut.
"Masih dijajaki, importasi kan enggak langsung impor," kata Arief saat ditemui di Gedung DPR-RI, Kamis (7/9/2023).
Arief mengatakan, rencana impor beras dari Kamboja tersebut baru sekadar nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Kamboja.
Di sisi lain, Bulog juga perlu memastikan beras asal Kamboja sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Mulai dari kualitas, harga dan ketersediaan beras di Kamboja.
"Kalau harganya di atas Thailand, dan Vietnam mau beli enggak? Ini perlu kesesuaian di Bulog kan ada mekanisme bidding (menawar harga), artinya akan cari harga yang terbaik dengan spesifikasi yang telah ditentukan," ujar Arief.
Senada dengan Arief, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, pihaknya belum bulat soal impor beras dari Kamboja.
Selain mempertimbangkan spesifikasi beras yang dibutuhkan, Bulog juga sedang menunggu kesiapan dari Kamboja terkait kapasitas mereka dalam mengirim berasnya ke Indonesia.
"Kalau kita mau ambil impor dari satu negara kan tidak asal kita ambil," imbuh Buwas.
Sebagai informasi, Bulog masih memiliki sisa kuota impor beras sebanyak 400.000 ton yang belum direalisasikan.
Saat ini, Bulog baru mengimpor 1,6 juta ton dari total penugasan 2 juta ton. Adapun pemerintah menargetkan impor beras Bulog seluruhnya rampung sebelum akhir 2023.
Hal itu sebagai upaya menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) tetap aman dalam menghadapi permintaan beras yang tinggi di akhir 2023 dan awal tahun 2024.
- Penulis :
- Aditya Andreas