Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Inflasi AS Bergeming di Level Tinggi, Nilai Tukar Rupiah Cemberut

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Inflasi AS Bergeming di Level Tinggi, Nilai Tukar Rupiah Cemberut
Foto: Petugas memperlihatkan lembaran uang dolar AS dan rupiah. (Antara/Rivan Awal Lingga)

Pantau – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (13/10/2023) ditengarai bakal melemah. Itu lantaran sentimen negatif dari data indeks konsumen AS bulan September 2023 yang menunjukkan inflasi yang bergeming di level tinggi alias belum turun.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (13/10/2023) pagi, melemah sebesar 0,18 persen atau 28 poin menjadi Rp15.728 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.700 per dolar AS.

Pada hari ini, potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.730 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp15.650 per dolar AS. 

“Data menunjukkan kenaikan inflasi 3,7 persen sama seperti bulan sebelumnya,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra seperti dikutip Antara di Jakarta, Jumat (13/10/2023).

Selain itu, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam turut menunjukkan kondisi ketenagakerjaan yang masih solid. Angka klaim masih berkisar 209 ribu seperti pekan lalu.

Hasil ini dinilai mengukuhkan ekspektasi pasar bahwa suku bunga tinggi akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama.

“Indeks dolar AS kembali menguat di atas 106 setelah sebelumnya bergerak di kisaran 105. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS pun terlihat bergerak naik,” ucap Ariston.

Data lain yang mempengaruhi rupiah terhadap dolar AS ialah data inflasi China yang baru saja dirilis pagi ini. Tercatat, angka Producer Price Index (PPI) year on year (yoy) -2,5 persen dengan ekspektasi -2,4 persen, lalu Consumer Price Index (CPI) yoy 0,0 persen dengan ekspektasi 0,2 persen, serta CPI month to month sebesar 0,2 persen dengan ekspektasi 0,3 persen.

“Data menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya yang bisa diartikan ada penurunan aktivitas ekonomi di China. Ini mungkin juga memberikan tekanan untuk rupiah, di mana China adalah partner dagang besar untuk Indonesia,” ungkapnya.

Penulis :
Ahmad Munjin