Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Jokowi Wariskan Utang Rp7,95 Ribu Triliun, Ganjar: Besok Itu Tidak Ada yang Ringan

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Jokowi Wariskan Utang Rp7,95 Ribu Triliun, Ganjar: Besok Itu Tidak Ada yang Ringan
Foto: Calon Presiden Ganjar Pranowo. (Tangkapan Layar)

Pantau – Calon Presiden Ganjar Pranowo mengakui beratnya utang negara yang diwariskan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang nyaris tembus Rp8 ribu triliun. Untuk mengatasinya, mantan gubernur Jawa Tengah ini akan fokus pada upaya menaikkan pendapatan negara jika ia terpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini.

“Berkaitan rasio utang, saya sepakat (angkanya tinggi), tapi kita jangan bicara utangnya dong. Kenapa kita tidak berpikir menaikkan pendapatan (negara),” kata Ganjar dalam diskusi ‘Capres Ganjar Pranowo Bicara Pers bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)’ di Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Ganjar kemudian menyinggung soal publik yang mempertanyakan dana untuk melaksanakan programnya jika terpilih menjadi presiden dalam Pilpres 2024. “Pak Ganjar mau buat ini ada duitnya enggak? Lho duitnya kita cari dong!” timpal Capres nomor urut 3 ini.

Capres yang berpasangan dengan Cawapres Mahfud Md ini menjawab pertanyaan, mengapa Capres-Cawapres lain menargetkan pertumbuhan ekonomi hanya 5,5 persen hingga 6 persen sementara dirinya 7 persen. “Kalau ekonominya tidak tumbuh 7 persen, kita masih middle income trap lho ini!” tukasnya.

Ganjar pun mengakui untuk mencapai pertumbuhan 7 persen harus memenuhi syarat berat. “Lho besok itu tidak ada yang ringan. Karena itu, kalau effort kita biasa-biasa saja, ya begini-begini saja. Begini terus, maka effort kita harus luar biasa,” ucap dia tandas.

Lebih jauh Ganjar menjelaskan, pendapatan negara, salah satunya berasal dari pajak. “Pajak kita dipermudah dan jangan dikorupsi. Yang menjadi pertanyaan diskusi kami adalah apakah tidak diperlukan lembaga atau badan pendapatan negara,” tuturnya.

Selain itu, ia akan menggencarkan digitalisasi pajak sehingga Wajib Pajak dimudahkan. “Tax amnesty sudah dilakukan. Tapi, berburunya masih di ‘kebun binatang’ dan mancingnya di ‘aquarium’. Kasihan, padahal, potensinya masih gede,” ujarnya.

Ganjar juga melihat adanya aktivitas illegal economy yang menghambat pendapatan negara. “Bisnis ilegal kita di laut seperti apa? Di tambang seperti apa? Ekspor-impor kita seperti apa? Ya udah jujur saja. Coba itu dikurangi karena tidak bisa dihilangkan, pasti ada saja yang kotor-kotor itu. Realistis kok. Coba itu diperbaiki, berapa income kita yang bisa kita dapat?” papar dia.

Capres yang diusung PDI Perjuangan dan partai-partai koalisinya ini, kemudian mengungkapkan komitmen mengupayakan seluruh kekuatan ekonomi jadi bernilai tambah. “Berapa pendapatan yang kita dapat. Anda mau jualan apa?” beber dia.

Saat ini, komoditas terbesar yang dimiliki Indonesia adalah adalah kelapa sawit. “Anda jual sawit, minyak goreng, atau Anda akan bicara produk turunan dari sawit yang punya nilai tambah tinggi untuk farmasi dan kecantikan? Woow, itu gede!” timpal Ganjar.

Ganjar juga mempertanyakan apakah sudah tidak percaya pada lembaga riset sehingga tidak dapat membuat suatu produk bernilai tambah. “Apakah kita sudah tidak percaya pada kampus. Coba kalau ini kita kumpulkan, nilai tambahnya luar biasa,” ungkapnya.

Begitu juga dengan pertanyaan apakah Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sudah cukup mampu. “Kalau belum staging-nya juga ada. Kita kolaborasi sambil menyiapkan dengan crash program, kita jadi lebih cepat,” imbuhnya.

Sebagai informasi, utang pemerintah di era Presiden Jokowi kembali mengalami kenaikan. Laman APBN KiTa Kementerian Keuangan per 31 Oktober 2023 melansir, utang pemerintah sudah mencapai Rp7.950,52 triliun dibandingkan akhir September Rp 7.891,61 triliun. 

Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) juga terus berubah. Pada akhir November 2023, rasio utang terhadap PDB mencapai 37,68 persen. Sesuai Undang-undang Keuangan Negara, rasio utang tidak boleh lebih dari 60 persen.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Muhammad Rodhi